“Dengan menggelar BNC, harapan kami yang dikenal nggak hanya
Candi Borobudur saja, melainkan juga kawasan di sekitar Borobudur yaitu Bumi
Sambhara. Semoga saja hal ini bisa semakin mengangkat pariwisata di sekitar
sini,” ucap Ketua Panitia BNC Bendrat Agus sebagaimana dilansir dari Detik, Kamis (5/9).

Nah, biar kamu bisa parkir di tempat yang tepat dan nggak
terjebak kemacetan saat pengin menonton acara ini, pastikan untuk mengetahui
arus lalu lintas yang dialihkan aparat demi menyukseskan acara ini, Millens.

“Pengalihan arus bakal kami lakukan di Simpang Kujon,
Simpang Empat Koramil Borobudur, Simpang Tiga Pasar Borobudur, dan Simpang Tiga
Bu Sum,” terang Kaur Bin Ops Satlantas Polresta Magelang Ipda Rosyid Budianto
sebagaimana dinukil dari Kompas,
Jumat (6/9).

Nantinya, iring-iringan kelompok yang sudah menyiapkan
atraksinya masing-masing ini akan dimulai dari Kampung Seni Borobudur yang ada
di Kujon menuju panggung utama yang sudah didirikan di depan kantor Kecamatan
Borobudur. Di depan panggung inilah, per kelompok bakal tampil sekitar 5 menit.

Setelah tampil, partisipan bakal kembali berjalan sampai ke
Jalan Medang Kamulan sebelum kembali menggelar penampilan seni budaya selama
lima menit di dekat pohon beringin. Mereka pun kemudian kembali berjalan
ke Terminal Borobudur yang memang dijadikan garis finish iring-iringan.

O ya,&nbsp;BNC
tahun ini sengaja digelar malam hari agar wisatawan jadi lebih mengenal potensi
wisata di Kabupaten Magelang pada waktu malam. Selain itu, karena ke depannya
pada akhir pekan, tepatnya pada Sabtu malam di kawasan tersebut bakal rutin
digelar pentas seni, diharapkan karnaval ini bisa jadi ajang promosi bagi
pentas-pentas tersebut.

“Kami pilih menggelarnya pada malam hari karena waktunya
lebih luang. Masyarakat juga pas nggak beraktivitas,” lanjut Agus.

Wah, sepertinya Borobudur Night Carnival ini bakal seru dan menarik, ya? Yuk kita nonton di akhir pekan ini, Millens!
(Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Kamu
bingung mau menghabiskan akhir pekan dengan cara apa? Nggak perlu pusing, kamu
bisa menikmati Borobudur Night Carnival di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Borobudur Night Carnival (BNC) 2024 bakal dimulai pada Sabtu
(7/9/2024) pukul 19.00 WIB dengan tema "Gebyar Bumi Sambhara". Pada gelaran
tahun ini, terdapat 34 kelompok yang berasal dari 20 desa, instansi, hingga
sekolah-sekolah yang akan memeriahkan acara ini. Ada juga perwakilan dari
wilayah lain seperti Kota Semarang, Tuban, Banyuwangi, hingga Ponorogo.

Pada Sabtu (7/9/2024) malam di Kabupaten Magelang, kamu bisa menonton Borobudur Night Carnival. Bakal seseru apa ya festival seni yang satu ini?

Jadwal dan Rute Borobudur Night Carnival

Kamu penasaran dan ingin membuktikan kelezatan menu yang dijual di kereta tapi bingung mau pesan menu apa? Nah, berikut ada lima makanan di kereta api yang jadi favorit para penumpang. Menurut banyak testimoni, menu-menu ini rasanya enak dan seringkali sold out. Makanan apa saja itu?

Menu satu ini bisa dikatakan menu legendaris di Kereta Parahyangan jurusan Jakarta-Bandung.&nbsp;Menu nasi goreng ini kali pertama diluncurkan pada tahun 1971 sejak peresmian Kereta Parahyangan. Tampilannya memang sederhana yaitu nasi goreng kecap disajikan dengan ayam goreng, telur mata sapi, mentimun, acar dan kerupuk udang.

Tapi soal rasa, bisa kamu tanyakan pada penumpang setia kereta ini. Nasi goreng Parahyangan menurut penikmantnya sangat enak dan selalu dinanti banyak penumpang KAI jika sedang naik Parahyangan. Kini harganya Rp40 ribu ya, Millens.

Salah satu menu KAI yang paling viral di TikTok adalah Bakso Enak. Hampir semua di kantin atau restoran yang ada di kereta memiliki menu Bakso Enak ini.

Tampilannya memang seperti mie instan cup tapi rasa kuah dan baksonya dipuji banyak orang. Dengan harga sekitar Rp25 ribu, penumpang sudah bisa menikmati seporsi bakso yang terdiri atas mi kuning, bakso daging, dan tahu. Rasa kuah kaldunya yang enak dan gurih membuat menu ini paling laris dan paling cepat habis.

Banyak orang yang menggemari makanan pedas. Maka dari itu,&nbsp;KAI juga menyediakan menu makanan pedas familiar yang disukai banyak orang, yaitu menu nasi dengan ayam geprek. Satu porsi nasi ayam geprek ini dihargai Rp38 ribu sudah lengkap dengan mentimun, lalapan, nasi putih, dan tahu goreng.

Menurut banyak penumpang yang sudah memesannya, menu ayam geprek ini sambal pedasnya enak. Begitu juga dengan tekstur ayam yang lembut dan sudah digeprek jadi mudah untuk dimakan.

Saking enaknya menu ini, banyak penumpang KAI yang mengaku naik kereta lagi hanya karena mau makan ayam geprek ini, lo. Kamu sudah pernah memesannya belum?

Nasi Rames Ayam Serundeng yang dijual dengan harga Rp35 ribu terdiri atas nasi putih, ayam goreng serundeng, tempe orek, mentimun, timun buncis, dan sambal terasi. Menu ini&nbsp;tersedia khusus di KA Argo Bromo Anggrek.

Di kereta yang sama, yaitu  KA Argo Bromo Anggrek ada menu Bakmi Godhog yang terdiri atas bakmi dengan telur orak arik, ayam suwir, telur, bawang goreng, sayur sawi, kol, daun bawang, tomat, saus sambal, dan kecap manis. Harga makanan ini adalah Rp35 ribu.

Hm, dari sekian banyak pilihan menu, mana yang pada akhirnya membuat kamu penasaran untuk memesan ketika nanti naik kereta, Millens? (Siti Khatijah/E07)

Inibaru.id - Kamu nggak perlu khawatir kelaparan ketika sedang menempuh perjalanan jauh dengan kereta api. Nggak usah menunggu sampai pemberhentian, karena di dalam kereta yang sedang berjalan, kamu pun bisa mememasan makanan.

Jangan meragukan rasa makanan yang ditawarkan oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) ini, Millens. Sudah banyak yang bilang, rasa masakan yang disajikan dari gerbong restoran kereta api itu nggak kalah dengan makanan di kafe-kafe. Selain itu, pilihannya juga beragam sehingga kamu bisa sesuaikan dengan selera dan mood makanmu pada saat itu.

Ada beberapa menu makanan yang menjadi favorit penumpang kereta api. Saking enaknya, menu-menu ini cepat habis, lo.

Lezat dan Istimewa, Makanan di Kereta Api Ini Favorit Penumpang

“Proses pembuatan garam di
Desa Tanggul Tlare melibatkan beberapa tahap, mulai dari persiapan lahan,
pengisian air laut, penguapan, hingga pemanenan," tuturnya.

Menurut Sukahar, petani garam laut sangat menggantungkan hidupnya pada cuaca karena kristalisasi garam sangat dipengaruhi oleh seberapa cepat air laut menguap. Artinya, semakin terik, proses penguapan akan berlangsung lebih cepat.

"Cuaca yang cerah sangat menguntungkan kami. Sebaliknya, hujan yang turun tiba-tiba dapat merusak hasil
panen. Kalau sudah begitu (kehujanan), kami terpaksa mengulangi seluruh proses dari awal lagi," terangnya.

Selain itu, salinitas atau tingkat keasinan air laut juga disebutkannya akan memengaruhi seberapa cepat air garam mengkristal. Untuk mengukurnya, dia mengaku mengandalkan alat pengukur salinitas yang dikenal sebagai salinometer.

Sedikit informasi, alat pengukur salinitas bekerja dengan mengukur konduktivitas listrik atau sifat lain dari suatu cairan untuk memperkirakan konsentrasi garam terlarut. Dengan menggunakan alat tersebut, petani garam pun bisa memprediksi kapan dia bisa mulai memanen garam yang ditanamnya.

“Kalau air di sini harus berusia 20 atau 25 baru bisa panen,” jelas Sukahar sambil menunjukan salinometer kepunyaannya.

Cuaca yang berubah-ubah tentu saja menjadi tantangan tersendiri. Namun, itu bukanlah satu-satunya kendala yang seringkali dihadapi para petani garam di Desa Tanggul
Tlare.&nbsp;Sukahar mengatakan, harga jual garam yang fluktuatif juga acap menyulitkan petani.

"Kendala kami adalah harga garam yang berubah-ubah. Kalau pas turun, petani seperti kami sudah tentu kesulitan memperoleh keuntungan yang cukup," keluhnya.

Sukahar menambahkan, hingga sekarang fluktuasi harga garam belum menemukan solusi. Untuk panen periode ini, dia mengaku harganya sedang turun. Dibandingkan panen sebelumnya, harganya turun hingga 40 persen.

“Kami sekarang jual Rp60 ribu per tombong (keranjang bambu untuk wadah garam). Panen sebelum ini Rp100 ribu per tombong," paparnya. "Per tombong berisi kurang lebih satu kuintal garam."

Selain itu, Sukahar juga mengeluhkan persaingan produk antara garam bikinannya dengan garam impor yang semakin ketat. Menurutnya, persaingan harga dan kualitas ini tentu saja akan berpotensi besar menggerus keberlangsungan usaha
petani garam tradisional seperti dirinya.

"Kami tentu merasa terancam. Apalagi garam impor sekarang sudah membanjiri pasaran. Saya dan para petani garam tradisional ini waswas dengan keberlangsungan usaha kami," jelasnya.

Kendati demikian, Sukahar tampaknya enggan menyerah begitu saja dengan kondisi sekarang ini. Bersama para petani lain yang tersisa di Tanggul Tlare, dia terlihat optimistis mendaku diri sebagai produsen garam laut dari Jepara.

"Harus gigih menjalani
pekerjaan ini. Tapi, kami telah memiliki keahlian dan pengalaman turun-temurun
untuk mengolah garam, meski dengan peralatan&nbsp;seadanya," tukasnya.

Garu, cangkul, dan pelbagai peralatan tradisional lain yang digunakan Sukahar dan kawan-kawan adalah saksi bisu dari perjuangan para petani garam di Desa Tanggul Tlare. Di bawah terik matahari, mereka mendulang garam bulir demi bulir, sembari berharap musim hujan nggak segera tiba.

"Bagi kami, garam dari Tanggul Tlare bukan semata komoditas, tapi juga warisan budaya yang perlu kami lestarikan dan wariskan," ungkapnya, mengambang.

Kendati ada keraguan, Sukahar berharap produksi
garam di desanya bakal bertahan lama dan terus berkembang sehingga mampu menggaransi kehidupan yang jauh lebih memadai bagi masyarakat setempat.

"Semoga produksi garam ini akan terus menghidupi kami, terus berkembang, dan bisa diwariskan ke anak cucu kami ke depan," simpul Sukahar sembari memandang puas hasil panennya dari kejauhan.

Panjang umur, garam laut dari Desa&nbsp;Tanggul Tlare! (Imam Khanafi/E03)

Inibari.id -
Desa Tanggul Tlare, Kecamatan Kedung, Jepara, telah lama dikenal sebagai salah
satu sentra produksi garam di Jawa Tengah. Dengan hamparan tambak garam yang
luas, desa ini menyumbangkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan garam di
Indonesia.

Proses produksi garam yang
penuh perjuangan dan kearifan lokal menjadi daya tarik tersendiri. Sukahar,
salah seorang petani garam dari Desa Tanggul Tlare, saat ditemui beberapa hari yang lalu
menjelaskan pembuatan garam di wilayah itu merupakan proses yang panjang dan
membutuhkan kesabaran.

Hari-hari ini, petani garam di Desa Tanggul Tlare Jepara mulai mendulang kristal-kristal berkilau dari air laut yang disemai berminggu-minggu lalu.

Hari-Hari Memanen Garam di Desa Tanggul Tlare Jepara

Kok bisa begitu sih? Jadi begini. Jepang adalah negara
dengan populasi tertua di seluruh dunia. Memang, hal ini menunjukkan kalau gaya
hidup warga Negeri Matahari Terbit cukup baik sehingga banyak warganya yang
bisa hidup sampai 80, 90, bahkan 100 tahun. Tapi, banyak dari para lansia
ini tinggal sendirian di akhir hayatnya karena anak-anaknya sudah memiliki keluarga sendiri atau punya kesibukan di
tempat lain.

Menurut data tersebut, sebagian besar dari para lansia ini,
tepatnya 70 persen, sudah berusia lebih dari 65 tahun dan meninggal sendirian
di rumahnya. Sebanyak 40 persen dari korban sudah ditemukan sehari setelah
tutup usia. Tapi, ada hampir 4 ribu orang yang ditemukan sebulan setelah
meninggal. Bahkan, ada 130 jenazah yang baru ditemukan setelah setahun
meninggal.

Tingginya angka kematian lansia sendirian ini sesuai dengan proyeksi Institut Nasional Jepang
yang mengungkap lansia dengan usia lebih dari 65 tahun yang hidup sendirian
pada 2050 mendatang mencapai 10,8 juta orang. Bahkan, rumah tangga yang hanya
dihuni satu orang juga diperkirakan bakal mencapai angka 23,3 juta orang.

Pemerintah Jepang bukannya diam saja menghadapi masalah ini.
Sudah berkali-kali peraturan baru diterapkan demi membuat masalah populasi dan
sosial di negara tersebut bisa teratasi. Sebagai contoh, ada insentif agar
orang kembali mau membangun keluarga, punya anak, hingga aturan yang diharapkan
bisa mengurangi jumlah orang yang kesepian. 

Sayangnya hal tersebut belum membuahkan hasil positif.
Saking frustrasinya, Perdana Menteri Jepang Fumiko Kishida pada 2023 lalu sampai menyebut negaranya sudah ada di ujung tanduk masalah populasi
yang sulit diatasi.

“Jepang sudah ada di tepi jurang untuk memastikan apakah
negara ini masih bisa berfungsi sebagai masyarakat atau tidak. Kini kita harus
benar-benar memusatkan perhatian kebijakan terkait dengan anak dan
pengasuhannya demi mencegah hal paling buruk terjadi,” ungkapnya.

Cukup mengerikan juga ya melihat tingginya kasus lonely deaths di Jepang? Semoga Negeri Sakura tersebut dapat mengatasi masalah populasinya!&nbsp;(Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Jepang
mengalami begitu banyak krisis, khususnya yang terkait dengan kehidupan
sosialnya. Selain angka pernikahan dan kelahiran yang terus anjlok, mereka juga
mengalami fenomena lain, yaitu lonely
deaths alias mati kesepian. Per paruh pertama 2024 ini saja, setidaknya 37
ribu orang mengalami hal ini.

Yang lebih mengenaskan, kalau menurut Badan Kepolisian
Nasional Jepang, banyak dari korban baru ditemukan setidaknya setahun setelah
mengembuskan napasnya yang terakhir. Cukup mengerikan, ya?

Selain banyak anak mudanya yang malas menikah dan punya anak, Jepang punya masalah lain, yaitu para lansia yang mati kesepian. Fenomena ini dikenal dengan lonely deaths.

Lonely Deaths, Kala Ribuan Orang Jepang Meninggal Kesepian

Pj Bupati Banyumas mengapresiasi festival ini sebagai upaya melestarikan budaya dan lingkungan. Dia juga berharap tari lengger dapat diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. 

“Festival Bisik Serayu ini bukan hanya menguri-uri budaya, tetapi juga nguri-uri persoalan lingkungan,” ujar Hanung yang turut berharap agar lengger menjadi warisan budaya dunia, yang diakui oleh UNESCO.

Rianto, inisiator festival sekaligus maestro lengger Banyumas, menekankan pentingnya kesadaran publik dalam menjaga ekologi Sungai Serayu.

“Penting sekali mengajak masyarakat bersama-sama memberi perhatian dan penggalian kembali mengenai pengaruh Sungai Serayu terhadap pendidikan dan perkembangan kebudayaan yang ada dan terus berkembang di seputar dan sepanjang aliran sungai dari Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, hingga Cilacap,” ujar Rianto.

Penari-penari dari berbagai negara turut ambil bagian dalam festival ini, termasuk koreografer Elly D. Luthan, Kang Lawe, dan Alfira O’Sullivan, serta penari butoh Jepang Mutsumi, Neiro, dan Minoru Hidoshima.

“Kami mencoba mengekspresikan perihal semesta lewat gerak tubuh,” ujar Neiro usai tampil, yang tampaknya sengaja tidak secara gambang menjelaskan makna dan pesan dari penampilannya bersama Mutsumi.

Neiro mengakui bahwa dia dan para penari butoh lainnya melakukan lawatan tarian teatrikal, yang puitik yang lahir di Jepang tahun 1950-an ini, dari Yogyakarta, Banyumas, dan Sumatera Barat.

“Gerakan (tarian butoh Neiro dan Mustsumi) ini seperti puisi,” kata Neiro sekaligus mengungkapkan rasa bahagianya dapat tampil malam itu di Bisik Serayu Festival 2024. 

Penampilan pamungkas oleh Ari Rudenko dari Amerika dan tujuh penari Indonesia lainnya mengakhiri malam pertama dengan koreografi penuh energi.

Rianto mengajak masyarakat untuk turut meramaikan festival yang berlangsung di Desa Kaliori, Banyumas, hingga Sabtu 7 September 2024, dengan sesi diskusi dan pertunjukan tari tradisional serta kontemporer.

“Sabtu, 7 September 2024, Bisik Serayu Festival akan diawali dengan sesi diskusi dengan tema ‘Ngudarasa Budaya dan Ekosistem Sungai Serayu,’ kemudian dilanjutkan dengan penampilan tarian, baik tradisional maupun kontemporer, oleh penari-penari lokal dan mancanegara,” kata Rianto.

Wah, sepertinya seru banget ya. Kamu sempat nonton penampilan para penari hebat ini nggak, Millens? (Siti Zumrokhatun/E10)

Inibaru.id - Bisik Serayu Festival 2024 resmi dibuka oleh Pj Bupati Banyumas, Hanung Cahyo Saputro, setelah acara sedekah Serayu berupa penaburan benih ikan, pelepasan anak-anak bebek, dan penanaman pohon di pinggiran Sungai Serayu.

Yap, festival bertema “Budaya di Sudut Serayu” ini berlangsung pada 6-8 September 2024, menampilkan beragam ekspresi seni yang menggabungkan manusia, alam, dan spiritualitas.

Hari pertama festival yang diinisiasi oleh Rianto Dance Studio dan Teras Serayu ini menampilkan berbagai pertunjukan seperti tari, musik, performance art, dan fashion show, yang memikat penonton hingga akhir acara. Diskusi budaya bertajuk “Kebudayaan di Pojok Serayu” juga digelar, dipandu oleh Andy F. Noya.

Bisik Serayu Festival 2024 yang digelar pada 6-8 September ini menghadirkan berbagai pertunjukan seni tari, musik, dan performance art dari seniman lokal, nasional, hingga internasional. Acara ini nggak hanya merayakan budaya, tetapi juga mengajak masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dalam menjaga ekologi Sungai Serayu.

Hari Pertama Bisik Serayu Festival 2024, Meriah Penuh Tarian

Memangnya, apa sih keistimewaan dari tempat makan ini? Tentu
saja adalah nasi koyor yang diberi tahu dan acar yang lezat. Buat kamu yang
nggak tahu, koyor adalah urat sapi yang diolah sedemikian rupa sampai empuk dan
gurih. Saat dikombinasikan dengan nasi panas, tahu, dan acar segar, tentu bakal
sangat nikmat untuk disantap, bukan?

Sebenarnya, selain nasi koyor dan tahu acar yang jadi menu
andalan warung ini, ada berbagai menu ramesan lain yang nggak kalah nikmat
untuk dicoba. Semuanya nikmat untuk disantap. Harga yang dipatok juga nggak
mahal, kok. Kamu bisa membawa uang Rp30 ribu dan bisa memilih menu terbaik dari
warung ini.

“Tersedia aneka
masakan jawa. Tapi menu yang paling favorit adalah koyor dan tahu acar.
Harganya murah meriah,” tulis pengulas di Google yang datang ke warung ini
pada Januari 2024, And_rheana Kharina.

Kelebihan lain dari Warung Nasi Koyor dan Tahu Acar Bu Wolly
adalah suasana warungnya yang nyaman meski sederhana. Dijamin, kamu bakal betah
dan merasa pengin sering-sering kembali untuk makan di sana.

Warung ini buka setiap hari dari pukul 16.00 WIB sampai
22.00 WIB. Tapi, khusus untuk hari Minggu, warungnya buka dua shift sehingga
buka dari pukul 04.00 WIB sampai 22.00 WIB. Jadi, pastikan saja kamu datang di
waktu yang tepat di waktu yang nggak terlalu ramai, ya?

O ya, warung ini hanya menerima pembayaran tunai dan nggak
menerima pembayaran non-tunai QRIS. Jadi, siapkan uang tunai kalau mau makan di
sini, ya?

Yuk kapan kita wisata kuliner di Warung Nasi Koyor dan Tahu
Acar Bu Wolly, Millens? (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Nggak
perlu khawatir bakal bingung mau ke mana kalau mau wisata kuliner di
Yogyakarta. Pasalnya, di sana ada banyak pilihan tempat makan yang menarik. Salah
satu di antaranya adalah Nasi Koyor dan Tahu Acar Bu Wolly.

Berlokasi di Jalan Kolonel Sugiyono nomor 66, Brontokusuman,
Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta, tempat makan ini berlokasi kurang lebih
2,5 kilometer ke arah selatan dari Titik 0 Km Kota Yogyakarta. Jadi, kamu nggak
bakalan pusing mencari rute untuk datang ke sana.

Pengin wisata kuliner di Yogyakarta yang beda dari biasanya? Coba deh datang ke Warung Nasi Koyor dan Tahu Acar Bu Wolly Yogyakarta.