inibaru indonesia logo
Beranda
Kulinary
Soto, Sroto, Tauto, dan Coto: Beda atau Sama?
Senin, 3 Feb 2020 18:00
Penulis:
Bagikan:
Soto memiliki nama yang berbeda-beda di tiap daerah. (Bukalapak)

Soto memiliki nama yang berbeda-beda di tiap daerah. (Bukalapak)

Seiring dengan persebarannya di sejumlah daerah, soto mengalami beberapa perubahan termasuk nama.

Inibaru.id – Jadi salah satu makanan yang enak disantap kapan saja, soto menjelma menjadi makanan andalan. Banyak penjual yang memilih untuk menyedikan soto sebagai hidangan utama warung mereka. Bahkan, soto menjadi ikon di sejumlah daerah.

Namun, penyebutan soto di tiap daerah berbeda-beda, misal sroto di Sokaraja, coto di Makassar, dan tauto di Pekalongan. Apakah kandungan bahan dan rasa makanan berkuah ini juga berbeda?

Bila dirunut, semua makanan itu sejatinya sama-sama soto. Berasal dari Tiongkok, konon makanan ini dibawa para imigran dari Kanton yang datang ke Indonesia pada abad ke-19.

Istilah “soto” merujuk pada kuliner Tiongkok yang dalam dialek Hokkian disebut cau do, jau to, atau chau tu. Kata cao berarti rumput, merujuk pada rempah-rempah yang merupakan bumbu soto, sedangkan kata du berarti babat atau jeroan.

Soto kerbau khas Kudus. (Merdeka)
Soto kerbau khas Kudus. (Merdeka)

Seiring dengan persebarannya di Indonesia, soto dimodifikasi sesuai dengan kearifan lokal masing-masing daerah. Perkembangan varian soto paling pesat dipercaya terjadi pascakemerdekaan.

Contoh, Soto Kudus dengan daging kerbau di dalamnya! Ini berkaitan erat dengan budaya masyarkat Kudus yang menghindari daging sapi, seperti diperintahkan Sunan Kudus.

Sementara, soto di Semarang menggunakan daging ayam, diberi bihun, dan kuah bening yang kecokelatan, lalu dimakan bersama nasi. Lalu, di Lamongan, soto diberi taburan kroya. Secara umum, soto dari Kudus, Semarang, dan Lamongan cukup mirip.

Perbedaan soto begitu kentara di Betawi, lantaran soto di sana disajikan dengan kuah santan, plus campuran kentang goreng, tomat, serta daging sapi atau jeroan. Sotonya juga dilengkapi emping dan acar.

Kuah tauto Pekalongan lebih pekat karena bercampur dengan tauco. (Cintapekalongan)
Kuah tauto Pekalongan lebih pekat karena bercampur dengan tauco. (Cintapekalongan)

Meski berbeda, orang Betawi tetap menyebut makanan itu soto. Ini berbeda dengan Pekalongan, yang menyebut soto khasnya sebagai tauto. Di Kota Batik, soto terlihat lebih spicy lantaran disajikan dengan menambahkan tauco, semacam olahan kedelai yang difermentasi.

Selain tauco, soto yang disajikan terpisah dengan lontong atau nasi ini berisikan aneka rempah, tauge, bihun, dan daging. Rasanya? Pedas dan sedikit lebih asin ketimbang soto dari Semarang.

Rasa rempah yang lumayan kentara juga bisa kamu nikmati jika berkunjung ke Banyumas. Masyarakat setempat mengenal Sroto Sokaraja. Sroto cukup kaya rempah, plus bumbu kacang yang kental. Bukan dengan lontong atau nasi, sroto umumnya disajikan dengan ketupat.

Coto Makassar termasuk salah satu varian soto. (Kemanaajaboleh)
Coto Makassar termasuk salah satu varian soto. (Kemanaajaboleh)

Jauh di Makassar, Sulawesi Selatan, masyarakat setempat juga mengenal soto yang lebih akrab disebut coto. Dibanding yang lain, bumbu coto konon lebih kompleks karena mengandung 40 jenis rempah (ampah patang pulo).

Seperti sroto, coto juga memakai ketupat, atau memakai burasa, lontong khas Makassar. Duh, bikin lapar!

Meski berbeda kuah dan isian daging, semua makanan tersebut tetaplah disebut soto. Eits, tapi kalau sedang jajan di tempat asalnya, jangan asal bilang soto, ya! Hormati istilah setempat, siapa tahu dapat harga hemat! Ha-ha. (IB03/E03)

Komentar

OSC MEDCOM
inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved