Inibaru.id – Kalau bicara tentang lunpia, yang terpikir biasanya adalah makanan khas Semarang yang memiliki isian rebung, potongan daging ayam, serta telur. Nah, di Klaten, ada jenis lunpia yang berbeda. Lumpia Duleg namanya.
Lumpia Duleg adalah penganan asli Desa Gatak yang masuk wilayah Kecamatan Delangu. Kalau dilihat dari kulitnya, lumpia duleg terkesan sama dengan lumpia biasa. Tapi, isiannya sangat unik, yaitu dari kecambah cincang yang diberi tambahan pati onggok, sejenis tepung yang terbuat dari aren.
Nggak hanya isiannya yang beda, sejarah terciptanya lumpia duleg juga cukup unik. Jadi, ceritanya pada awal dekade 1950-an, datang seorang laki-laki bernama Mbah Karto Purno ke Desa Gatak.
“Mbah Karto Purno pas datang membawa lunpia Semarang. Dia dan keluarganya suka banget dengan rasa lunpia Semarang tapi merasa harganya terlalu mahal jika dibuat dan dijual di Desa Gatak, jadi mereka pun memodifikasinya agar bisa dijual dengan harga yang lebih terjangkau,” ungkap tokoh desa setempat Didik Bowo sebagaimana dilansir dari Tribunnews, Sabtu (16/1/2021).
Karena fokusnya adalah agar bahan-bahannya lebih terjangkau, bahan seperti telur, daging, dan gandum dicoret. Penggantinya adalah adonan pati onggok, irisan wortel, dan kol. Sayangnya, eksperimen tersebut dianggap kurang berhasil karena keberadaan pati onggok membuat lunpia jadi terasa asam.
Untungnya, Mbah Karto Purno nggak patah arang. Dia berusaha mencari solusi untuk menyamarkan rasa asam tersebut. Caranya adalah dengan membuat kuah yang terbuat dari bahan gula merah dan bawang putih yang sudah dihaluskan. Ternyata, trik ini berhasil. Saat lumpia dicocol ke kuah yang disebut dengan juroh tersebut, sensasi asamnya hilang sehingga rasanya jadi lebih enak.
Setelah Mbah Karto Purno berhasil membuatnya, sejumlah warga lain mengikuti langkahnya. Salah satunya adalah Mbah Sipon yang memakai isian lunpia yang berbeda, yaitu parutan buah papaya muda.
Nah, generasi penerus produsen lumpia setelah Mbah Karto Purno dan Mbah Sipon pensiun kemudian kembali memodifikasi lumpia duleg dengan menggunakan irisan kecambah. Isian inilah yang dianggap paling cocok untuk lumpia duleg sehingga terus dipertahankan hingga sekarang.
“Modifikasi terakhir inilah yang kemudian jadi lumpia duleg yang bertahan hingga sekarang. Karena itulah lumpia ini jadi penganan istimewa di sini,” lanjut Didik.
Ukuran lumpia duleg ini cukup mini jika dibandingkan dengan lumlnpia Semarang Millens, yaitu sekitar 10 sentimeter. Meski begitu, soal keunikan rasa, memang boleh diadu. Jadi, kapan nih kita datang ke Desa Gatak untuk membeli lumpia duleg? (Arie Widodo/E05)