Inibaru.id - Bagi saya, Restoran Semarang sudah nggak asing lagi di telinga. Namun menjelang Imlek kemarin, untuk kali pertama saya berkesempatan berkunjung atas undangan pemiliknya, Jongkie Tio. Yap, penulis Kota Semarang dalam Kenangan ini selalu antusias menceritakan hal-hal yang berkaitan tentang budaya peranakan dan Kota Semarang.
Dalam undagannya kali ini, Jongkie memilihkan saya beberapa hidangan peranakan dan signature Restoran Semarang. Semangkuk es cao pecinan, lontong opor Cap Go Meh dan es hopjes tersaji di meja. Semuanya nampak klasik namun menarik.
Es cao pecinan nggak ubahnya seperti es cincau biasa. Namun perbedaan mendasar ketika saya seruput kuahnya yang bening adalah rasa manis segar yang light. Es cao di Restoran Semarang nggak pakai santan. Saya bisa merasakan campuran sirop dan perasan jeruk nipis larut dalam kuahnya. Cincau, kolang kaling, potongan nangka, dan manisan menambah tekstur es yang satu ini. Pas banget disantap di teriknya Kota Semarang.
Selanjutnya lontong Cap Go Meh. Kuliner akulturasi Jawa-Tionghoa ini nggak beda jauh dengan lontong opor yang biasa disajikan ketika lebaran tiba. Bedanya, lontong dalam lontong dalam opor Cap Ggo Meh di potong menjadi bulat sempurna sebagai lambang bulan purnama saat Cap Go Meh tiba.
Menurut Jongkie, komponennya pun ada 12 macam. Menurut pengamatan saya, isinya ada lontong, sayur rebung, sayur terong, sambal goreng ati, sambal goreng tahu, suwiran ayam, abing, docang, bubuk kedelai, kuah opor, dan kerupuk udang.
Kamu harus mencampurnya hingga rata untuk menyantapnya. Rasanya kaya dengan lauk pauk dan lebih kompleks dari lontong opor. Tambahan abing, docang, dan bubuk kedelai bikin cita rasanya tambah gurih. Seporsi lontong Opor di Resto Semarang bisa bikin kamu superkenyang. Kamu bisa membaginya dengan temanmu jika kamu mau.
Oh ya, es hobjes ala Belanda pun saya seruput beberapa kali di sela menyantap lontong opor Cap Go Meh. Lidah saya bisa merasakan campuran kopi dan cokelat dengan sangat jelas. Rasanya nggak bisa saya temui di coffee shop kekininan. Malah minuman ini mengingatkan saya pada kopi susu lawas yang sering saya seduh sendiri ketika saya masih duduk di bangku SD.
Resto yang hampir berumur 30 tahun ini menyajikan berbagai hidangan peranakan. Jongkie menyebutnya sebagai "hidangan kampung". Bagi saya, nuansa kampung di restoran ini terasa kental dari segi penyajian makanan yang nggak bertele-tele namun tetap menggugah selera layaknya masakan rumahan.
Untuk bersantap di sini, kamu cukup merogoh kocek mulai Rp 10.000 – Rp 70.000 saja. Kelewat murah buat hidangan autentik yang jarang kamu temukan di Kota Semarang. Buatmu yang kepengin, segera datang ke Jl. Gajah Mada No. 125 karena dalam waktu dekat Jongkie berencana untuk menutup restoran ini lantaran dampak pembangunan gedung mewah di sampingnya. (Zulfa Anisah/E05)
Restoran Semarang
Kategori : Restoran
Alamat : Jl. Gajah Mada No. 125
Harga : Rp 10.000 – 70.000