Inibaru.id – Kebanyakan tempat makan akan berusaha menyajikan penganan terlezat dan pelayanan terbaik agar semakin banyak pelanggan yang datang. Tapi, hal ini nggak berlaku untuk Warung Tepi Kota Sleman. Mereka malah membatasi pelanggannya dan hanya mau menerima 10 pengunjung per hari. Apa alasannya, ya?
Berlokasi di Bejen, Kalurahan Caturharjo, Kapanewon Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Warung Tepi Kota berjarak kurang lebih 21 kilometer ke arah barat laut dari pusat kota Yogyakarta. Warung ini membangun konsep yang lain dari pada yang lain, yaitu memastikan tamu bisa menikmati makanan dengan tenang dan nyaman di lokasi yang jauh dari kota besar.
Dengan membatasi siapa saja yang datang setiap hari, pelayanan terbaik pun bisa diberikan. Hidangan yang disajikan juga bisa dimasak dengan semestinya, bukannya dimasak sembari dikejar waktu agar pelanggan bisa segera mendapatkan makanannya karena antrean yang mengular.
Keistimewaan lain dari tempat makan ini adalah menu yang disediakan berasal dari buku Mustika Rasa. Asal kamu tahu saja, buku yang berisi kurang lebih 1.300-an menu masakan ini pembuatannya diprakarsai oleh Presiden Soekarno dengan salah seorang istrinya, Hartini. Mulai dibuat pada 1964, buku yang berisi berbagai macam resep penganan lezat dari seantero Nusantara ini diterbitkan tiga tahun kemudian.
Karena jumlah menu yang tertulis di buku tersebut sangatlah banyak, pihak Warung Tepi Kota pun selalu memberikan update di media sosialnya terkait dengan menu atau tema apa saja yang akan disajikan di Instagramnya, yaitu @tepikota_. Di akun media sosial itu pula, pelanggan bisa melakukan reservasi sekaligus mengetahui apa saja yang akan disediakan di hari di mana mereka bisa datang.
“Saya datang pas temanya “Sepat dan Baeba”, masakan khas Sumbawa. Makanya, siapa pun harus wajib berkunjung ke akun IG-nya terlebih dahulu untuk lihat jadwal menu berkala dan melakukan reservasi. Setahu saya dari 1300-an menu di buku Mustika Rasa, sudah terwujud 140 menu. Kalian wajib banget ke sini!,” tulis salah seorang pengulas di Google yang datang ke tempat makan ini pada September 2024, Sri Redjeki.
Meski terkesan ribet karena harus melakukan reservasi setidaknya dua hari sebelum hari H dan itu pun belum tentu bisa terlaksana jika reservasi sudah penuh, nyatanya banyak pelanggan yang puas dengan pengalaman menyantap makanan di sana. Apalagi, koleksi buku di tempat makan tersebut juga cukup banyak. Bisa makan sambil baca pasti seru kan?
“Berasa lagi main ke rumah nenek. Benera nyaman dan enak,” tulis pengunjung lain Abizar Aaw yang mengulas tempat ini pada Juni 2024.
Hm, jadi penasaran ya seseru apa sensasi makan makanan yang berasal dari buku yang ditulis Bung Karo. Yuk kapan kita datang ke Warung Tepi Kota Sleman! (Arie Widodo/E05)