Inibaru.id - Jika mendengar permukiman Tambaklorok di Kelurahan Tanjungmas, Kecamatan Semarang Utara, yang pertama terngiang di kepala kita pasti daerah langganan banjir rob. Selama bertahun-tahun, mereka memang terpaksa hidup berdamai dengan luapan air yang disebabkan oleh arus pasang air laut tersebut.
Namun, di balik penderitaan yang acap membuat orang lupa mengurusi nasib orang lain, warga Tambaklorok yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan itu rupanya masih memiliki solidaritas dan kepeduliaan yang tinggi terhadap sesamanya.
Setidaknya dalam kurun dua tahun terakhir, ada Komunitas Yatiman Pasar Tambakrolok yang rutin menyatuni anak yatim, kaum duafa dan penyandang disabilitas. Komunitas yang dipimpin Arivah Prihatin memiliki cara unik dalam mengumpulkan uang, yaitu denan mengamen saban Sabtu dan Minggu di Pasar Tambaklorok.
"Iya seperti itu, anggota kami nyanyi pakai mic dan sound system saja. Keliling pasar minta saweran," ucap perempuan yang akrab disapa Arivah pada Inibaru.id, Sabtu (10/6/2023).
Arivah menyebut anggotanya mulai menghibur pedagang dan pembeli sedari pukul tujuh pagi. Dirinya beserta kawan-kawan telah bertekad seluruh uang hasil ngamen untuk santunan anak yatim, kaum duafa, dan penyandang disabilitas di wilayah Tambaklorok.
"Kebetulan warga pesisir suka hiburan seperti ini. Daripada nyawer di organ tunggal nggak ada manfaatnya, mending sawer di sini, bisa buat tabungan akhirat," ungkap perempuan berusia 53 tahun.
Tidak Ambil Keuntungan Apapun
Arivah melanjutkan kalau tahun kemarin komunitasnya berhasil mengumpulkan uang sebanyak Rp26 juta. Uang sebanyak itu dia bagikan kepada 197 anak yatim atau piatu, 49 kaum duafa dan 37 kalangan penyandang disabilitas.
Agenda sosial semacam ini sudah berjalan dua kali. Sedangkan ini merupakan proses pengumpulan uang untuk kali ketiga. Rencananya, tahun ini Arivah dan komunitasnya akan menyantuni mereka yang membutuhkan pada Agustus.
"Anggota kami tidak pernah mengambil sepersen pun uang saweran. Untuk konsumsi dan lain-lain, kami menggunakan uang pribadi masing-masing," tutur Arivah.
Perempuan berkaca mata itu bersyukur warga Tambaklorok punya semangat gotong royong untuk membantu sesama. Arivah berharap dirinya dan teman-teman bisa istikamah selalu.
Ide dari Pengelola Pasar
Pencetus kegiatan ngamen untuk aksi sosial tersebut lahir dari kepala Pengelola Pasar Tambaklorok, Amron. Awalnya Amron membeli peralatan sound system sebagai media hiburan semata.
"Waktu itu buat seru-seruan saja. Kami karaokean dan joget bareng. Para pedagang jadi guyub semua," ujar Amron.
Seiring berjalannya waktu, muncullah ide dari Amron untuk menggalakkan kegiatan sosial. Caranya yaitu dengan pengumpulan dana melalui mengamen di Pasar Tambaklorok.
"Ketika saya punya ide, saya langsung diskusikan dengan ibu-ibu pedagang pasar. Ada yang setuju, ada juga yang meremehkan. Tapi saya yakin saja. Lalu bersama dua orang kami mulai mengamen," kenang Amron.
Setelah uang terkumpul dalam kurun satu tahun, Amron lantas meminta bantuan RT dan RW setempat untuk mendata anak-anak yatim, duafa dan difabel.
"Tetap perasaan malu ada; kami pegang mic di hadapan orang banyak. Tapi kalau nggak saya mulai, hari ini mungkin tidak ada kegiatan sosial santunan anak yatim di Pasar Tambaklorok," katanya.
Salah seorang pedagang sayur, Lina mengaku sangat senang dengan kegiatan positif tersebut. Menurutnya, apa yang dilakukan Komunitas Yatiman Pasar Tambaklorok bisa mengundang banyak orang untuk berbelanja.
"Saya lihat saja deh. Malu mau ikut menyanyi sama joget," ujar perempuan berusia 33 tahun tersebut.
Ya, senang sekali melihat kemeriahan, kekeluargaan, serta solidaritas warga Pasar Tambaklorok ini ya, Millens? Semoga agenda rutin mengamen sosial ini berlangsung dalam waktu yang lama. Mari angkat topi untuk Komunitas Yatiman Pasar Tambaklorok! (Fitroh Nurikhsan/E10)