Inibaru.id - Sebetulnya
saya bukan sadboy tapi lagu-lagu Didi Kempot yang mudah dicerna (meski melankolis) membuat saya menyukai karya-karyanya.
Yap, seperti yang saya bilang tadi. Liriknya mudah dicerna dan dihafal. Jadi misalnya mendengarkan sekali-dua kali saja, langsung membekas di ingatan.
Pada acara “Konser Banyu Langit Bersama Didi Kempot” yang
diadakan oleh Dusun Semilir pada Sabtu (25/1) malam, saya berkesempatan menemuinya langsung di balik panggung. Saya pun nggak nyangka
bisa menemuinya beberapa menit sesaat sebelum dia tampil.
Seperti halnya bintang tamu, tenda stage miliknya dikelilingi oleh banyak orang. Saya nggak tahu persis mereka siapa kecuali petugas keamanan. Saya kira mereka terdiri dari para personel dan kru Didi Kempot.
Perasaan deg-degan jelas terasa. Ya meskipun dari luar saya terlihat biasa saja, tapi sungguh saya merasa canggung. Namanya juga ketemu idola jutaan orang. Setelah berhasil menenangkan diri, rasa kikuk saya hilang.
“Dari mana, Mas?” Tanyanya ramah. Penampilannya sangat sederhana. Rambut kritingnya diikat ke belakang. Kostumnya pun simpel tanpa bling-bling. Jauh dari artis lain yang dandanannya heboh.
Di balik panggung itu, dia juga mengungkapkan rencananya untuk memperbarui video klip lamanya pada tahun ini. Semoga video Terminal Tirtonadi juga termasuk. Itu salah satu lagu yang saya suka. Tahun ini juga dia sudah bikin lagu baru. Penggemar sudah bisa mencarinya di youtube.
“Yang baru itu judulnya Koe Mlayu. Monggo kalau mau dengarkan di Youtube ada,” kata Didi.
Selain itu, dia juga berencana duet dengan Judika. Wah, seperti apa ya kolaborasi musikus beda genre ini? Saya sempat bertanya apa kiat bertahan di belantika musik di tengah invasi wajah-wajah baru yang lebih fresh.
Sang musikus menjawab, totalitas dalam bernyanyi, ketulusan, dan menikmati merupakan kuncinya. Mungkin terdengar klise. Tapi saya setuju bahwa ketulusan dalam bekerja bakal meringankan beban. Saat beban nggak lagi terasa, kreativitas pasti mengalir begitu saja.
Hal lain yang bikin saya salut, dia terus menggandeng Production House (PH) lokal. Nama besarnya nggak lantas membuatnya jemawa. Selain itu, dia juga selalu mendengungkan agar anak muda mencintai budaya.
“Cintailah budayamu. Jangan mudah lupa. Jangan muda terbuai dengan kebudayaan lain. Ingat dari mana kamu berasal,” tukas Didi Kempot.
Pertemuan saya harus berakhir saat seorang kru masuk dan memberi tahu sang bintang untuk bersiap tampil. Lantaran saya sadar diri, saya pamit. Dua hal yang saya dapat dari The Lord of Broken Heart adalah kerendahan hati dan kebersahajaan. Semoga ada kesempatan ngobrol lagi. (Audrian F/E05)