Inibaru.id - Permukiman itu bisa dibilang sukar untuk diakses. Topografi daerah yang menanjak dan menurun serta jalan yang nggak begitu lebar praktis hanya bisa dilalui oleh motor. Bahkan, istri Wali Kota Semarang Kriseptiana Hendrar Prihadi beserta rombongan yang beberapa waktu lalu sempat berkunjung, harus memarkir mobilnya dengan jarak yang cukup jauh.
Permukiman yang saya deskripsikan tersebut adalah RW 3 bagian dari Kelurahan Jomblang, Kota Semarang. Meskipun akses kampung sulit, rasa solidaritas patut diapresiasi. Pasalnya, dalam rangka menghadapi paceklik selama pandemi corona, warga RW 3 bersatu membuat dapur umum untuk makan bersama.

Yoyok Suryo Setiawan selaku ketua RW mengungkapkan kalau adanya dapur umum ini sebetulnya bukan suatu kegiatan yang direncanakan secara matang dan komunal.
“Awalnya cuma iseng-iseng. Kebetulan karena corona ini banyak yang dirumahkan,” ungkap laki-laki berusia 50 tahun tersebut saat saya temui pada Rabu (22/4/2020).
Dapur umum itu sudah berjalan selama seminggu lebih. Menurut
Yoyok, sejauh ini dapur umum tersebut sudah banyak membantu bagi RW 3. Bahkan
warga lain di luar RW 3 pun juga boleh-boleh saja apabila hendak makan. Wah!

Asyik mengobrol saya diminta makan. Agak canggung, namun setelah beberapa kali dipaksa, akhirnya saya mengalah. Waktu itu lauknya adalah nasi sup, dengan tahu-tempe goreng dan orek tempe.
Pugoh Munggolo, merupakan salah satu warga yang punya peran besar dari terbentuknya dapur umum ini. Sebab dialah kokinya. Kata Pugoh, warga RW 3 memang punya tradisi masak-memasak yang kuat. Sebelum corona melanda, warga sering masak bersama.
Baca Juga:
Transformasi Dugderan, Dug Tanpa Der!“Seringnya mendadak ya. Patungan tiba-tiba beli ikan, atau ayam bahkan pernah kambing. Ya terus dibakar lalu dimakan bareng-bareng,” ujarnya.
Untuk dapur umum karena corona ini, Pugoh membeberkan bahwa awalnya berasal dari swadaya masyarakat sendiri untuk menyisihkan sebagian persediaan bahan pangan di rumah masing-masing. Lalu lambat laun, berbagai donasi datang.

Lauk yang tiap hari dimasak tergantung pada donasi. Itulah kenapa dalam memasak Pugoh membuat makanan yang ringan-ringan saja atau ramah konsumsi. Katanya yang penting ada gizinya dan yang lebih penting lagi: kebersamaan.
“Saya masak cuma sekali. Bisa untuk siang sampai malam. Kalau semisal ada lauk yang habis, ya mungkin saya tambahi dengan bahan baku yang sisa,” tambah Pugoh.
Yoyok Suryo Setiawan kembali membeberkan kalau dapur umum ini akan diteruskan hingga bulan Ramadan. Dia bersama warga lain akan kembali memasak untuk berbuka warga. Namun, tetap saja nggak ada buka bersama karena imbauan physical distancing.
Untuk ketersediaan bahan baku, Yoyok nggak khawatir akan kehabisan. Dia percaya diri, sejauh maksudnya baik, pasti akan ada jalan. "Terutama dari Tuhan Yang Maha Esa," pungkasnya.
Kamu terinspirasi untuk bikin dapur umum juga nggak, Millens? (Audrian F/E05)