Inibaru.id - Salah satu komik yang saya suka adalah Gump n Hell. Kali pertama saya menemukannya di Instagram. Kalau saya perhatikan, bukan cuma saya yang suka. Penggemar komik dengan dua karakter yang dinamai “Gump” dan “Hell” ini banyak juga, lo.
Kontennya memang menarik. Kalau nggak percaya, coba deh cek di Instagram atau Facebooknya. Isu-isu sosial nggak pernah terlewat dibikin satire atau terkadang sarkas. Penggemar jadi nggak kudet. Menariknya, penyampaian itu diselingi humor yang segar.
Rabu (12/2) sore, saya ketemu dengan kreatornya bernama Errik Irwan. Ternyata selama ini dia bermukim di Jalan Sumurboto, Tembalang Semarang.
Perjalanannya menjadi komikus dimulai sejak kuliah. Lulusan Jurusan Arsitektur Universitas Soegijapranata (Unika) tersebut merupakan seseorang yang ditugasi mengisi gambar mading.
“Sebetulnya saya nggak cuma komik tapi juga gambar arsitektur. Karena gambar arsitektur saya biasa-biasa saja, jadi ya pakai komik atau karikatur," Katanya. Errik mengaku awalnya dia menggunakan komik untuk menyindir otoritas kampus atau kehidupan sehari-hari sebagai mahasiswa.
Mulai 2009, Errik mulai melirik dunia maya sebagai media penampil karya "usil"-nya. Kala itu karakter Gump n Hell belum ada. Kritik-kritiknya disampaikan tanpa karakter khusus. Barulah pada 1 Maret 2016, dia menemukan Gump n Hell yang ternyata merupakan nama panggilan dua temannya.
Gump berasal dari nama Gama, sementara Hell dari Helmi. Errik juga terinspirasi pada tokoh Gump dalam film Forrest Gump. Tokoh ini lugu tapi bersungguh-sungguh dalam mencapai sesuatu. "Kayak komik ini lugu, tapi bersungguh-sungguh dalam menyentil sesuatu. Dan yang baca sampai bisa dekat dengan neraka,” jelas pria 34 tahun ini.
Saya perhatikan selalu ada balon-balon dialog atau narasi yang ditulis kecil-kecil. Kata Errik, hal itu memang disengaja. Tujuannya agar orang kalau melihat isu nggak cuma di permukaannya. Masyarakat seharusnya meng-zoom in-nya agar lebih jelas.
Meski ini cuma komik, Errik harus melakukan riset sebelum mengemas sindirannya. Ranah bidikannya memang serius Millens seperti politik, agama, lingkungan, dan sejarah. Hal ini untuk jaga-jaga, seandainya lagi "sial" lantaran ada yang terima dengan karyanya, dia bisa berargumen. Saya harus mengakui kalau laki-laki ini penuh perhitungan.
“Orang lain mungkin bisa membuat komik dalam 1 atau 2 jam. Tapi saya nggak bisa. Makanya komik saya nggak tiap hari terbit,” ungkapnya.
Selain itu Errik juga nggak menjadikan Gump n Hell sebagai keran rupiahnya. Itulah mengapa dia nggak banyak melakukan promosi seperti komik-komik lainnya. Kritikan-kritikannya hadir karena murni kepedulian Errik akan permasalahan yang sedang terjadi. Dia juga pengin membangkitkan minat baca masyarakat.
“Komik saya selain menciptakan ruang diskusi juga untuk menyentuh masyarakat yang sekiranya berat untuk membaca teks berat permasalahan sosial,” ujar pria yang terinspirasi dari Larry Gonick tesebut.
Meski obrolan saya nggak lama, Errik membuat saya semakin peduli dengan permasalahan yang sedang dihadapi negeri ini. Kamu suka Gump n Hell nggak, Millens? (Audrian F/E05)