Inibaru.id - Di Kota Semarang ada sebuah komunitas yang hobinya mengunjungi tempat-tempat angker. Yap, namanya adalah Semarang Angker (Semarangker). Berdiri sejak tahun 2007, tentu komunitas ini sudah menjelajah hampir semua tempat-tempat angker di Semarang.
Inibaru.id menemui Pamuji Yuwono, ketua Komunitas Semarangker di basecamp-nya yang berada di Jalan Lamper Tengah nomor X/20, Kota Semarang, Kamis (7/11). Di markas Semarangker yang sudah dibikin beraura horor tersebut dia banyak bercerita.
Meskipun Semarangker suka menjelajah tempat-tempat angker dan erat kaitannya dengan hal-hal mistis, namun Semarangker memandangnya secara rasional.
“Kami lebih menguak mitos suatu tempat. Visi kami agar lebih cerdas dan bijak dalam menyikapi hal gaib,” ujar Pamuji.
Pamuji kemudian bercerita maksud dari visi tersebut. Di beberapa tempat angker, Semarangker cenderung mendobrak mitos yang digaungkan masyarakat. Motto mereka be smart and wise. Maksudnya (tentu) dalam menyikapi hal-hal yang nggak kasat mata.
Pernah suatu ketika dia dan timnya mengunjungi “Watu Kuntilanak” di daerah Tinjomoyo. Mitosnya, batu besar tersebut nggak boleh dinaiki, tapi akhirnya mereka menaikinya. Kemudian di Hotel Bukit Gombel ada “Rambut Wewe Gombel” yang dianalogikan akar pohon beringin yang dianggap keramat. Oleh mereka kepercayaan itu dipatahkan. Mereka bahkan mencabutnya.
Nekat, pikir saya.
Pamuji Yuwono di Museum Semarangker. (Inibaru.id/ Audrian F)
Dasar dari sikap Semarangker terhadap hal gaib atau mitos tersebut karena ingin membuktikan. Sebab terkadang mitos yang berkembang di masyarakat itu belum diketahui faktanya secara jelas.
Baca juga: Ngeri-Ngeri Sedap, Tur Mistis di Museum Semarangker
“Bahwasanya kekuasaan tertinggi berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Pijakan kita hanya kepada kitab suci. Sejauh itu nggak melanggar norma dan meminta izin kepada penjaga tempat, ya akan kami lakukan” jelas Pamuji.
Dalam menjelajah, Semarangker masih menjalankannya secara internal. Kalaupun diadakan secara lebih publik, intensitasnya nggak sering. Bahkan bisa setahun sekali.
Menurut pria yang sering disapa Master Pamuji itu, banyak hal harus dipertimbangkan ketika menjelajah dengan masyarakat umum. Bukannya khawatir kalau-kalau ada yang kesurupan, Millens. Pamuji lebih khawatir apabila ada yang bertindak sembrono sehingga tertimpa atau menginjak sesuatu. Maklum, tempat-tempat angker biasanya berada di sebuah gedung tua atau mangkrak.
Meskipun bernama Semarangker, ternyata mereka nggak cuma "bergerilya" di Semarang, lo. Pamuji mengaku beberapa kali mengunjungi tempat-tempat horor di luar Jawa bahkan luar negeri. Keren banget nggak sih!
Hal yang membuat saya lebih tercengang dibanding semua cerita mistis yang diceritakan adalah pengakuan Pamuji mengenai aksi sosial dan lingkungan yang juga "disentuh" Semarangker. Siapa sangka komunitas yang ngurusi hal-hal seram seperti ini juga memiliki jiwa sosial yang tinggi.
Buat kamu yang tertarik menjadi anggota Semarangker, sepertinya cukup panjang prosesnya. Tim Semarangker harus mengenalmu luar dan dalam, Millens. Pasalnya, Semarangker lebih mengedepankan kekeluargaan, dibanding keanggotaan yang sifatnya formal. Jadi, kamu harus pedekate ya. (Audrian F/E05)