inibaru indonesia logo
Beranda
Indo Hayati
Senarai Flora Identitas Daerah di Jawa Tengah: Pohon Salam, Maskot Bumi Sukowati
Selasa, 20 Feb 2018 07:05
Penulis:
Saroni Asikin Bungadara
Saroni Asikin Bungadara
Bagikan:
Daun dan bunga salam (Wikipedia)

Daun dan bunga salam (Wikipedia)

Nama flora identitas Kabupaten Sragen di Jawa Tengah ini sudah akrab dengan kamu, terutama yang demen memasak. Tahu? Ya, itulah pohon salam yang daunnya jadi salah satu rempah masakan.

Inibaru.id – Pohon ini memiliki nama yang akrab buat kamu. Kamu sering mengucapkan dan mendapatkan ucapan itu. Itulah pohon salam yang daunnya dipakai sebagai bumbu masakan.

Tahukah kamu pohon, terutama daunnya, jadi flora identitas Kabupaten Sragen? Kabupaten di Jawa tengah berbatasan dengan Kabupaten Grobogan di utara, Kabupaten Ngawi (Jawa Timur) di timur, Kabupaten Karanganyar di selatan, dan Kabupaten Boyolali di barat. Sebutannya “Bumi Sukowati”, nama yang digunakan sejak masa kekuasaan Kerajaan Kasunanan Surakarta. Nama Sragen dipakai karena pusat pemerintahan berada di Sragen.

Ya, pohon salam yang nama ilmiahnya Syzygium polyanthum memiliki dedaunan yang dimanfaatkan sebagai rempah pengharum masakan di sejumlah negeri di Asia Tenggara, baik untuk masakan daging, ikan, sayur mayur, maupun nasi. Daun ini dicampurkan dalam keadaan utuh, kering atau segar, dan turut dimasak hingga makanan tersebut matang. Rempah ini memberikan aroma herbal yang khas namun tidak keras. Di pasar dan di dapur, salam kerap dipasangkan dengan laos alias lengkuas.

Namanya dalam bahasa Inggris adalah Indonesian bay-leaf atau Indonesian laurel dan di beberapa wilayah disebut dengan beberapa nama antara lain ubar serai (Melayu), salam (Jawa dan Madura), kastolam (Kangean), manting (Jawa), dan maselengan (Sumatera).

Baca juga:
Sehat dan Cantik dengan Daun Salam
Senarai Fauna Identitas Daerah di Jawa Tengah: Burung Branjangan, Maskot Sragen yang Kicauannya Digandrungi

Bagaimana karakteristik botanis tumbuhan ini?

Dikutip dari Wikipedia, pohon salam berukuran sedang, mencapai tinggi 30 m dan gemang 60 cm. Kayunya berwarna cokelat jingga kemerahan dan berkualitas menengah. Kayu yang tergolong ke dalam kayu kelat ini dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan dan perabot rumah tangga. Kulit batang salam mengandung tanin, kerap dimanfaatkan sebagai ubar (untuk mewarnai dan mengawetkan) jala, bahan anyaman dari bambu dan lain-lain. Kulit batang dan daun salam biasa digunakan sebagai bahan ramuan tradisional untuk menyembuhkan sakit perut. Buah salam dimakan orang juga, meski hanya anak-anak yang menyukainya.

Daunnya berjenis tunggal terletak berhadapan, dengan tangkai hingga 12 mm. Helai daun berbentuk jorong-lonjong, jorong sempit atau lanset, 5-16 x 2,5–7 cm, gundul, dengan 6-11 urat daun sekunder, dan sejalur urat daun intramarginal tampak jelas dekat tepi helaian, berbintik kelenjar minyak yang sangat halus.

Karangan bunga berupa malai dengan banyak kuntum bunga, 2–8 cm, muncul di bawah daun atau kadang-kadang pada ketiak. Bunga kecil-kecil, duduk, berbau harum, berbilangan 4; kelopak seperti mangkuk, panjangnya sekitar 4 mm; mahkota lepas-lepas, putih, 2,5-3,5 mm; benang sari banyak, kurang lebih 3 mm, terkumpul dalam 4 kelompok, lekas rontok; piringan tengah agak persegi, jingga kekuningan. Buah buni membulat atau agak tertekan, 12 mm, bermahkota keping kelopak, berwarna merah sampai ungu kehitaman apabila masak.

Ekologi dan Pembudidayaan

Salam menyebar di Asia Tenggara, mulai dari Burma (Myanmar), Indochina, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatra, Kalimantan, dan Jawa. Pohon ini ditemukan tumbuh liar di hutan-hutan primer dan sekunder, mulai dari tepi pantai hingga ketinggian 1.000 m (di Jawa), 1.200 m (di Sabah) dan 1.300 m dpl (di Thailand); kebanyakan merupakan pohon penyusun tajuk bawah.

Oya Millens, selain itu, salam juga ditanam di kebun-kebun pekarangan dan lahan-lahan wanatani yang lain, terutama untuk diambil daunnya. Daun salam liar hampir tak pernah dipergunakan dalam masakan, selain karena baunya sedikit berbeda dan kurang harum, salam liar juga menimbulkan rasa agak pahit.

Tanaman salam tumbuh pada tanah dengan ketinggian 225-450 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan 3.000-4.000 mm/tahun pada jenis latosol kehitaman. Pemupukan dilakukan dengan menambah pupuk kandang secukupnya pada saat penanaman. Untuk menambah daun, dilakukan penambahan pupuk NPK.

Pemanenan salam dilakukan dengan pemetikan daun yang sudah berwarna hijau tua. Daun tersebut dipangkas secara acak pada ranting-rantingnya. Sesudah daun diperoleh dari rantingnya, daun dilayukan dengan cara dihamparkan di lantai pada suhu kurang-lebih 27 derajat Celsius dengan pembalikan intensif selama tiga hari. Untuk mendapatkan minyak atsiri selanjutnya simplisia salam disuling dengan alat penyuling air dan uap selama 10 jam.

Baca juga:
The Miracle Tree Bernama Daun Kelor
Senarai Fauna Identitas Daerah di Jawa Tengah: Kijang, Si Gesit dari Lasem, Rembang

Perlu juga kamu tahu, pohon salam bisa juga lo ditanam di pot. Untuk tekniknya, kamu bisa berselancar di  internet. Tapi yang jelas, kini kamu sudah tahu bahwa daun yang akrab bagi para juru masak ini begitu diistimewakan di Kabupaten Sragen. Sayang sekali belum dijumpai referensi mengapa pohon penghasil daun rempah itu dijadikan identitas kabupaten tersebut. (EBC/SA)

Karakteristik Ilmiah

Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Myrtales

Famili: Myrtaceae

Genus: Syzygium

Spesies: Syzygium polyanthum

Komentar

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

A Group Partner of:

medcom.idmetrotvnews.commediaindonesia.comlampost.co
Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved