Inibaru.id – Kamu mengenal band The Adams, Sore, dan Seringai, Millens? Band-band tersebut sudah malang-melintang di belantika musik Indonesia. Ternyata, mereka pernah masuk ke dalam sebuah kompilasi musik yang menjadi penanda sebuah generasi baru musik Indonesia.
Sebelum menjadi nama besar, mereka ternyata pernah tergabung dalam kompilasi musik JKT:SKRG rilisan Aksara Records pada Juni 2004. Selain tiga nama tersebut, ada juga The Upstairs, The Brandals, dan Sajama Cut menjadi pengisi kompilasi. Pascarilis kompilasi tersebut, band-band tadi yang awalnya mengisi gig kecil mulai dikenal oleh publik yang lebih luas. Bahkan The Upstairs sempat mendapat predikat “Raja Pensi” kala itu.
Kompilasi memiliki peran penting bagi sebuah skena musik. Kompilasi secara nggak langusng menjadi sebuah penegasan dari eksistensi sebuah skena (komunitas musik). Kompilasi yang diisi para kelompok musik atau musikus sebuah skena seakan mengegaskan bahwa “Kami ada”.
Seperti itu juga kompilasi From the Muddy Banks of Kali-grunge yang berupaya untuk merekatkan komunitas musik di Semarang. Dengan pengisi lintas-generasi – band yang vakum, band lama, band baru – kompilasi ini seperti menegaskan bahwa selain Cupumanik di Bandung dan Navicula di Bali, ada banyak musikus grunge di Semarang dari berbagai generasi.
Pada saat yang sama, kompilasi juga memiliki peran penting sebagai ajang promosi bagi band atau musikus baru. Dalam kompilasi From the Muddy Banks of Kali-Grunge, terdapat band muda asal Semarang, Redam. Band ini meyumbang lagu “Mirror”. Ikut serta dalam kompilasi ini, Redam merasa mendapat pengalaman dan keuntungan lebih.
“Tentu saja, jika dilihat dari segi promosi setiap band pasti mempunyai pendengarnya masing-masing. Dengan adanya kompilasi ini nantinya bisa saling tukar pendengar. Tetapi yang cukup menarik adalah ketika terjadi pertukaran ide dan berbagi pengalaman,” tulis Redam dalam pesan singkat, Selasa (24/3).
Kompilasi memang memiliki peran penting dalam menguatkan eksistensi kelompok musik. Menurut jurnalis dan pengamat musik Idhar Resmadi, sejak lama kompilasi menandai sebuah gelombang baru skena musik. Yang berbeda saat ini, kompilasi hadir dalam bentuk playlist dalam platform streaming dgital. Hal ini dikarenakan kemudahan akses dalam produksi single oleh sebuah kelompok musik.
“Kalau kompilasi tuh dijual bebas, ya. Kalau mau beli, ada di distro atau di toko,” ucap Idhar dalam pesan singkat (27/3).
Jadi gitu ya. Kalau kamu suka kompilasi yang mana nih, Millens? (Gregorius Manurung/E05)