Inibaru.id - Menjadi pendidik yang sehari-hari mengajari puluhan bahkan ratusan murid nggak lantas membuat seorang guru berhenti belajar. Justru sebaliknya. Guru harus terus belajar karena pengetahuan berkembang begitu pesat.
Wildan, seorang guru di Kabupaten Banjarnegara mengaku harus terus membaca buku, mengupdate informasi, dan mencari metode baru setiap hari untuk meningkatkan kemampuannya mengajar; termasuk dengan memanfaatkan teknologi terbaru agar murid nggak merasa bosan.
Meski "hanya" menjadi guru SD, profesi yang acap membuatnya diremehkan teman-temannya, dia mengaku menyukai profesi tersebut. Karena itulah dia belajar. Terlebih, sejak duduk di bangku kuliah, alumnus sebuah kampus negeri di Kota Semarang itu memang suka belajar.
"Bagiku, punya pengetahuan dan pengalaman baru adalah sebuah kesenangan. Melihat anak-anak berdecak kagum karena informasi menarik yang kuberikan juga menyenangkan. Inilah yang bikin aku ketagihan belajar," tutur lelaki 27 tahun tersebut, Kamis (3/7/2025).
Guru sebagai Sosok Krusial
Seiring dengan berkembangnya teknologi dan tuntutan global, kebutuhan para guru untuk "naik level" sejatinya memang semakin mendesak. Pendidikan bukan sekadar ruang kelas dan kurikulum. Maka, guru menjadi sosok krusial yang akan menentukan ke mana para muridnya berkembang.
Hal ini sebagaimana diungkapkan Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat. Menurutnya, negeri ini membutuhkan guru-guru yang kreatif, berkualitas, dan memiliki integritas. Maka, penting bagi negara untuk bisa menjaga dan memperkuat kualitas guru secara konsisten.
“Strategi peningkatan mutu pendidikan yang telah direncanakan harus konsisten direalisasikan untuk mewujudkan generasi penerus yang berdaya saing,” tutur perempuan yang akrab disapa Rerie tersebut, Kamis (3/7/2025).
Menurutnya, guru yang berkualitas adalah mereka yang mau belajar dan terus bersedia mengupgrade kemampuannya di dunia pendidikan.
Tantangan Dunia Pendidikan Kita
Namun, jangankan meningkatkan kualitas, dunia pendidikan di Tanah Air sejatinya masih menyisakan tantangan yang hingga saat ini belum berhasil terselesaikan. Salah satunya adalah pemerataan kemampuan guru dan penempatannya.
Berdasarkan data Kemendikdasmen, tercatat lebih dari 249 ribu guru di Indonesia belum memiliki kualifikasi penidikan minimal S1 atau D4 sebagaimana diwajibkan UU Guru dan Dosen No 14/2005. Ini menandakan bahwa pemerataan pendidikan untuk guru belum tuntas.
Inilah yang kemudian mendorong Kemendikdasmen untuk meluncurkan sejumlah program, di antaranya bantuan dana pendidikan bagi guru yang belum S1 atau D4 tersebut, dengan kuota 12.000 guru.
"Peningkatan kualitas guru saat ini menjadi strategi utama kami, terutama untuk menghadapi era digital serta pendekatan pembelajaran mendalam ini," tutur Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti kala meluncurkan program tersebut sekitar bulan lalu.
Harus Tepat Sasaran
Menurut Rerie, program peningkatan kualitas seperti bantuan dana pendidikan untuk guru tersebut harus disosialisasikan luas dan tepat sasaran. Politikus Partai Nasdem itu menegaskan, program ini harus konsisten direalisasikan dalam upaya untuk memberikan layanan pendidikan yang lebih baik untuk anak bangsa.
"Yang perlu kita sama-sama pahami, pemerataan guru berkualitas adalah problem yang panjang. Kita kekurangan sekitar 1,3 juta guru di seluruh Indonesia karena pensiun atau distribusi yang kurang merata," kata dia.
Karena itulah, Rerie mengungkapkan, pihaknya memberikan apresiasi untuk kebijakan Hari Belajar Guru. Menurutnya, melalui kebijakan tersebut, kompetensi guru akan diperkaya lantaran setiap guru akan memperoleh waktu belajar mingguan sebagai bagian dari pengembangan kompetensi berkelanjutan (PKB).
"Program-program penguatan kualitas guru ini harus diikuti dengan mekanisme yang transparan agar mudah diakses," tegasnya. "Saya berharap para pemangku kepentingan di pusat dan daerah mampu berkolaborasi dengan masyarakat demi mewujudkan generasi penerus yang berdaya saing."
Menurut undang-undang, kompetensi seorang pengajar ditentukan oleh gelar yang didapatkannya di bangku kuliah. Namun, ini saja belum cukup; karena era yang bergerak sangat cepat ini membutuhkan guru yang tetap menuntut ilmu untuk mencetak para siswa yang bermutu. (Siti Khatijah/E10)