Inibaru.id – Angkutan kota alias angkot bisa dengan mudah kita temui di berbagai daerah di Indonesia. Bahkan, di sejumlah area, ada juga angkutan desa atau angkudes yang mengantarkan penumpang hingga ke pelosok desa. Nah, kamu tahu nggak kalau angkot di Indonesia ini sudah ada sejak zaman Jepang, lo.
Sejarahnya, angkot sudah muncul di Indonesia pada 1943. Saat itu, pemerintah Jepang di Nusantara membentuk dua institusi angkutan yang berbayar. Yang pertama adalah Jawa Unyu Zigoysha. Untuk yang satu ini sih diperuntukkan bagi kendaraan-kendaraan yang juga bisa mengangkut barang layaknya truk, gerobak, hingga salah satu jenis delman, yakni cikar.
Nah, yang kedua adalah Zidosha Sokyoku. Kalau yang ini lebih ke angkutan manusia layaknya angkot atau bus. Jenis angkutan berbayar kedua inilah yang kabarnya jadi cikal bakal angkutan umum di Indonesia. Apalagi, saat Indonesia merdeka pada 1945, Zidosha Sokyoku langsung diambil alih Jawatan Perhubungan dan diganti namanya jadi Jawatan Angkutan Darat untuk penumpang Millens.
Penyebutan angkot di Indonesia sangat beragam, Millens. Contohnya, ya. Di Jakarta angkutan umum berupa minibus ini lebh sering disebut dengan mikrolet. Kalau di Bandung sih, ya, sebutannya beneran angkot. Yang menarik, di Surabaya, sebutannya adalah Bemo atau Lyn. Kalau di Semarang unik lagi, warganya menyebut angkot dengan jenama Daihatsu. Mirip-mirip dengan orang Indonesia menyebut sepeda motor dengan Honda gitu, deh.
Di sejumlah daerah seperti Bengkulu atau Samarinda, angkot malah disebut dengan taksi. Padahal, kita mengenal taksi sebagai transportasi berbayar jenis lainnya, ya? Nah, kalau di Medan, penyebutannya adalah sudako.
Soal istilah-istilah yang bakal kita temui di angkot juga unik lagi, Millens. Sopir angkot yang mengemudikan kendaraan ini terkadang adalah sopir tembak alias sopir pengganti. Penyebabnya sih karena sopir yang biasanya lagi berhalangan karena sakit atau ada keperluan lainnya.
Terkadang, di dalam angkot juga ada kenek alias kondektur. Tugasnya sih menagih ongkos penumpang, mengatur posisi duduk agar angkot bisa dipenuhi banyak orang, serta menurunkan atau menaikkan penumpang di jalanan. Kini banyak angkot yang hanya dikendalikan oleh sopir tanpa kenek.
Nah, salah satu ciri khas angkot yang kadang bikin sebal banyak orang adalah ngetem. Jadi, angkot ini akan berhenti di sebuah titik sembari menunggu penumpang menaiki kendaraan. Kalau dianggap belum penuh atau memenuhi durasi waktu tertentu, ya penumpangnya harus sabar menunggu angkotnya mau jalan.
Intinya sih ya, Millens, angkot nggak bisa benar-benar diandalkan kalau kamu lagi buru-buru. Karena alasan ini pulalah, banyak orang di kota besar yang memilih untuk nggak lagi memakainya. Apalagi, ada banyak pilihan transportasi umum lain yang lebih tepat waktu. (Goo,Oke/IB09/E05)