Inibaru,id – Tiga anak buah kapal (ABK) Kapal Long Xing yang merupakan warga negara Indonesia (WNI) yang meninggal saat berlayar dibuang ke laut. Keputusan pembuangan jasad ini diambil oleh kapten kapal yang nggak mau kru kapal lainnya tertular penyakit.
Salah seorang jasad yang meninggal adalah Al Fattah. Laki-laki asal Enrekang, Sulawesi Selatan ini meninggal karena sakit pada September 2019. Sefri, ABK lain dari Palembang juga meninggal karena sakit. Satu ABK lainnya adalah Ari yang meninggal pada Februari 2020.
"Tiga orang ini yang dibuang di laut," kata Ari Purboyo, Ketua Serikat Pekerja Perikanan Indonesia (SPPI) Korea Selatan.
Ari mengungkapkan jika ketiga jasad ini meninggal dengan kondisi tubuh yang membengkak. Sebenarnya, ada satu ABK WNI lain yang meninggal, yakni Effendi Pasaribu. Efendi sempat dirawat di rumah sakit di Korea Selatan. Sayang, nyawanya juga nggak tertolong.
Dari hasil pemeriksaan forensik, diketahui jika Effendi meninggal dunia karena pneumonia atau radang paru-paru. Sebenarnya, ada faktor kekerasan yang ditemukan pada jasad Effendi. Namun, Ari memastikan bahwa bukan itu faktor utama penyebab kematian keempat ABK tersebut.
Baca Juga:
Kapal Express Bahari 6F Diluncurkan, Makin Banyak Pilihan Transportasi dari Jepara ke KarimunjawaAri menyebut para ABK asal Indonesia ini masih menjalankan tugasnya hingga kapal mencapai Korea Selatan. Total, ada 18 ABK yang berangkat dari Indonesia. Sekitar satu tahun lalu, mereka dijemput kapal Long Xing. Sayangnya, tiga ABK kemudian mengalami sakit parah di tengah pelayaran hingga meninggal dunia.
Sebenarnya, Al Fattah dan Sefri sempat dipindahkan ke kapal lain sebelum meninggal. Sebagai contoh, Al Fattah diketahui dipindahkan dari kapal Long Xing 692 ke kapal Long Xing 802.
Dia mengeluh sakit dengan gejala kaki dan wajah bengkak, napas pendek, serta nyeri dada ketika belayar di Laut Samoa. Al Fattah kemudian meninggal setelah dirawat di kapal Long Xing 802. Di kapal inilah jasad korban dibuang ke laut. Kapten kapal mengaku khawatir kru lain tertular penyakit yang diderita Al Fattah. Fakta ini terungkap dalam surat pemberitahuan tentang kabar kematian korban yang diterima oleh keluarga Al Fattah.
Sebanyak 14 ABK lainnya yang masih bertahan akhirnya mendapat pertolongan dan saat ini tinggal di sebuah hotel di Busan, Korea Selatan. Seluruh ABK ini sebenarnya ingin kembali ke Indonesia, namun terkendala masalah biaya.
Ari mengungkapkan jika ada tiga perusahaan yang bertanggung jawab atas keberangkatan para ABK. Perusahaan tersebut adalah PT Lakemba Perkasa Bahari, PT Alfira Perdana Jaya (APJ), dan PT Karunia Bahari.
Sebenarnya, Ari sudah mendiskusikan hal ini dengan perusahaan penanggung jawab para ABK tersebut. Sayangnya, dia belum menemukan solusi untuk memulangkan mreka.
"Sepanjang ini komunikasi kami alot," ucap Ari.
Semoga ABK yang masih bertahan bisa segera kembali ke Indonesia ya, Millens? (Sua/MG29/E07)
Baca Juga:
Yang Baru dari Aksi Bagi-Bagi Takjil