Inibaru.id – Diceritakan dalam beberapa episode komik Donald Duck bahwa Paman Gober pengin pergi ke Timbuktu. Tahu kan kalau Paman Gober selalu memburu keuntungan? Benar saja, Kota Timbuktu bukan sembarang kota. Timbuktu dibangun dengan lumpur dan emas.
Siapa sangka kalau kota ini benar-benar ada? Tepatnya di Afrika, Timbuktu berada. Menjadi bagian di Mali, Afrika Barat, Timbuktu merupakan kota yang menjadi cikal bakal penyebaran Islam pertama di Benua Afrika. Nggak heran jika Timbuktu masuk list situs warisan dunia UNESCO.
Nama Timbuktu berasal dari bahasa Berber “Buqt” artinya jauh. Jika digabungkan dengan “tin”, artinya ujung dunia. Hm, masuk akal ya kalau Paman Gober selalu berkelakar bakal pergi ke ujung dunia dengan nama Timbuktu sebagai plangnya.
Dibangun pada abad ke-5, menurut catatan UNESCO kota ini terus berkembang hingga pada masa kejayaan (abad ke-15 dan ke-16). Timbuktu pun menjadi pusat budaya Islam dengan Universitas Sankore-nya. Nggak cuma itu, kota ini juga punya 180 madrasah dengan total 25 ribu siswa.
Pada zaman dulu, Timbuktu digambarkan sebagai kota yang menjanjikan banyak emas. Menurut wartawan BBC Henry Louis Gates, pada masa kejayaan Timbuktu, penduduk bersedia menukarkan se-ons emas hanya untuk mendapatkan garam!
Kota ini merupakan tempat perdagangan Trans-Sahara. Komoditas yang dijual adalah garam, emas, ternak, serta biji-bijian.
Timbuktu Berjaya, kemudian Jatuh
Menurut sejarawan abad ke-16, di kota ini ada begitu banyak hakim, doktor, dan ulama. Mereka semua digaji dengan sangat memuaskan oleh Penguasa Negeri Songhai, Raja Askia Muhammad.
Sebagai pusat penyebaran Islam pertama di Afrika, Timbuktu mempunyai tiga masjid penting yang tentunya bersejarah. Salah satunya dibangun dari lumpur, yaitu Mosques of Djingareyber. Dua masjid yang lain adalah Sankore dan Sidi Yahia.
Selain masjid, seisi kota juga kebanyakan terbuat dari lumpur. Masyarakat menjadikan lumpur sebagai bahan bangunan khas.
Kejayaan Timbuktu berakhir ketika Kekaisaran Islam Mali jatuh. Perekonomian warga Timbuktu juga ikut hancur. Saking parahnya, masyarakat Timbuktu menukarkan emas untuk makan.
Mungkin ini sebabnya Paman Gober selalu pengin ke Timbuktu. Bisa jadi ia berencana menukarkan bahan makanan dengan emas. Ha-ha.
Lalu, bagaimana keadaan Timbuktu sekarang? Kota tersebut kini sepi. Banyak warga yang akhirnya pindah. Duh, sayang banget ya, Millens! Paman Gober masih pengin ke sana nggak ya sekarang? (Det/IB21)