Inibaru.id - Apa yang langsung terlintas di pikiranmu begitu mendengar kata ninja? Jenama dari sebuah sepeda motor, atau ahli bela diri ala Jepang dengan pakaian serbahitam? Biasanya sih yang terpikir adalah yang kedua ya. Tapi, kepikiran nggak, apakah ninja memang beneran selalu memakai pakaian serbahitam?
Gambaran tentang ninja dengan pakaian serbahitamnya ini bisa kamu temukan di film, anime, atau bahkan di video game. Kita bisa langsung mengenali penampilan dari orang-orang yang mampu bergerak lincah ini dengan mudah.
Asal Mula Kostum Hitam Ninja: Dari Panggung Kabuki, Bukan Perang
Usut punya usut, ada sejarah yang mempengaruhi stereotype ninja dengan pakaian serbahitamnya. Yang menarik, stereotype ini nggak muncul dari medan perang, melainkan dari dunia teater kabuki pada era Edo (abad ke-17 sampai ke-19).
Di panggung kabuki, ada kru yang disebut kuroko yang selalu mengenakan pakaian serbahitam agar tidak terlihat oleh penonton saat mengatur panggung. Kalau yang ini, pasti kamu pernah melihatnya di acara tv Masquerade versi Jepang atau yang berjudul asli Kasou Taishou.
Karena keberadaan kru yang seolah menghilang dan nggak terlihat ini, para penulis naskah kemudian tertarik untuk mengadopsinya menjadi karakter pembunuh bayangan yang muncul tiba-tiba tanpa terdeteksi.
Selain itu, cerita rakyat Jepang juga turut menyumbang gambaran mistis ninja. Mitos tengu alias makhluk bertopeng dengan hidung panjang yang memiliki kelincahan luar biasa, dan kisah klan ninja legendaris seperti Koga dan Iga, membuat ninja semakin dikaitkan dengan kekuatan magis dengan keahlian jauh lebih hebat dari manusia biasa.
Penyamaran dan Adaptasi Jadi Kemampuan Utama Ninja
Kenyataannya, ninja bukanlah pembunuh dengan seragam serbahitam yang muncul di kegelapan. Mereka adalah mata-mata yang harus mampu menyusup ke berbagai lingkungan tanpa menimbulkan kecurigaan. Ninja bisa berasal dari berbagai kelas sosial, bahkan ada yang merupakan samurai yang menjalankan tugas rahasia.
Daripada memakai pakaian hitam yang bisa kita kenali itu, ninja justru lebih memilih pakaian pada umumnya sesuai dengan lingkungan sekitar seperti petani, pedagang, biarawan, atau bahkan samurai dari klan lawan. Asal kamu tahu, karena masyarakat feodal Jepang sangat ketat dalam pembagian kelas, pakaian merupakan tanda pengenal status sosial. Makanya, ninja sangat berhati-hati memilih pakaian agar penyamarannya sempurna.
Bahkan, warna pakaian mereka di malam hari biasanya juga bukan yang hitam pekat. Warna-warna gelap seperti biru tua, coklat, atau abu-abu dipilih agar lebih menyatu dengan lingkungan remang yang diterangi cahaya bulan. Hal ini terkuak dalam kitab Bansenshūkai yang memuat taktik dan strategi ninja dalam bertugas.
Peran Ninja dalam Sejarah
Ninja sebenarnya berperan layaknya agen intelijen yang melakukan pengintaian, sabotase, pengumpulan informasi, dan penyebaran disinformasi untuk merusak rencana musuh. Mereka bukanlah prajurit yang bertarung terbuka seperti samurai, melainkan menjalankan peran rahasia yang sangat strategis.
Salah satu ninja paling terkenal adalah Hattori Hanzo dari klan Iga yang dikenal sebagai ahli taktik yang membantu Tokugawa Ieyasu memenangkan peperangan pada akhir abad ke-16. Sayangnya, nggak ada catatan pasti tentang apa yang Hanzo kenakan saat bertugas. Meski begitu, kemungkinan besar seperti ninja lain, ia menyesuaikan pakaian dengan kondisi misinya.
Meskipun bukti sejarah sudah jelas menunjukkan bahwa ninja tidak selalu mengenakan pakaian serba hitam, citra ini sulit hilang dari budaya populer. Alasannya sederhana, cerita tentang sosok misterius yang muncul dari kegelapan jauh lebih menarik daripada ninja asli yang terlihat seperti orang pada umumnya.
Oleh karena itu, film dan komik terus mengangkat ninja hitam sebagai ikon visual yang kuat. Hal ini terus bertahan hingga sekarang.
Tapi, bisa jadi, citra ninja dengan pakaian serbahitamnya ini jangan-jangan malah sengaja dipelihara oleh para ninja aslinya agar penyamaran mereka sebagai orang biasa tetap nggak terdeteksi. Mungkin nggak, ya, Millens? Haha. (Arie Widodo/E07)
