Inibaru.id – Pada Senin, 13 April 2020 lalu saya menemani seorang kawan mahasiswi jurusan Fisika bernama Miftahul Jannah melaksanakan seminar proposal skripsi pada pukul 09.00-11.00 WIB. Saya perhatikan sedari malam Mifta membelakan diri untuk nggak tidur demi latihan.
Keesokan harinya dia juga memilih tempat yang wifi-nya stabil, yakni di asrama putra Keluarga Besar Ikatan Pelajar Mahasiswa Kotim, Kalimantan Tengah yang berada di sekitar Jalan Kaliurang Yogyakarta. Sebuah perkumpulan mahasiswa daerah yang diikuti Mifta.
Aplikasi yang digunakan saat itu adalah Zoom. Mifta mempelajari aplikasi tersebut dari salah satu kenalannya. Dari sana dia belajar hal-hal baru terkait teknis mempresentasikan file via Zoom, menyalakan audio dan video, hingga berhubungan dengan pembimbing dan penguji skripsi yang terdiri dari tiga dosen di Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga (Suka) Yogyakarta.
“Sebenarnya kalau orang seminar persiapannya lebih banyak ke masalah isi skripsi, Mif lebih banyak ke masalah teknisnya kemarin. Soalnya kan sempat bingung kan pakai Zoom,” ceritanya, Selasa (14/4).
Dalam skripsinya itu dia mengambil judul, Rancang Bangun Bak Sampah Otomatis Berbasis Mikrokontroler Arduino Uno dan Sensor Passibe Infra Red (PIR) untuk Tunanertra. Judul itu terinspirasi saat dirinya menjadi panitia Asian Games dan Asian Para Games yang diadakan di Jakarta beberapa waktu yang lalu.
“Ngangkat tunanetranya karena waktu dulu ikut event Asian Games dan Asian Para Games. Terasa banget service untuk tunanetra (orang-orang berkebutuhan khusus) nggak bisa sembarangan,” lanjutnya.
Aplikasi Zoom digunakan pula oleh Rahmat Hidayat mahasiswa jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam UIN Suka saat melakukan sidang. Rahmat bercerita sehari sebelum sidang, dirinya, penguji, dan pembimbing mengunduh aplikasi Zoom. Awalnya dilakukan percobaan pra-sidang hingga dua kali tapi gagal karena nggak terkoneksi.
Saat sidang Rahmat menyiapkan berbagai macam peralatan seperti tripod, headset, laptop yang telah terisi penuh baterainya, dan meja belajar yang memudahkan sidang. Nggak lupa dia memeriksa jaringan wifi sebelum sidang.
“Tantangannya harus punya cukup perangkat elektronik yang menunjang seperti laptop yang bagus yang bisa memuat aplikasi berat seperti Zoom Cloud Meeting, alat lainnya seperti tripod, headset,” ucap Rahmat.
Dalam sidang yang dijalaninya itu, Rahmat setidaknya mengalami empat kendala. Pertama, salah satu dosen mengalami susah sinyal yang mengakibatkan koneksi dalam pertemuan virtual jadi lama. Kedua, secara teknis salah satu laptop dosen speaker laptopnya rusak. Ketiga, susah untuk langsung membuka aplikasi zoom karena ukurannya yang berat.
“Keempat, melemahnya jaringan di salah satu dosen sehingga video virtual tersendat sekitar 10 detik,” lanjut pemuda yang dalam karier akademiknya selama S1 telah mengukir banyak prestasi itu.
Wah, meski sudah dipersiapkan dengan matang, ternyata nggak lepas dari kelemahannya juga ya, Millens. Meski begitu, bagi kamu yang akan sidang tetap lakukan yang terbaik ya! (Isma Swastiningrum/E05)