Inibaru.id – Dua ilmuwan dari Amerika Serikat memprediksi gempa bumi akan lebih banyak terjadi pada 2018. Menurut mereka, enam gempa bumi besar yang terjadi pada tahun ini hanya pemanasan dari bencana yang jauh lebih hebat.
Fakta ini didapatkan dari laporan studi yang dilakukan oleh Rogern Bilham dari University of Colorado, Boulder, dan Rebecca Bendick dari University of Montana yang dipublikasikan dalam jurnal berjudul "Geophysical Research Letters".
“Tahun 2017 menandai enam tahun setelah episode perlambatan rotasi bumi yang dimulai pada tahun 2011, menunjukkan bahwa dunia sekarang telah memasuki masa peningkatan produktivitas seismik global dengan durasi minimal 5 tahun,” tulis laporan ini sebagaimana dikutip dari Beritagar.id (24/11/2017).
Baca juga:
Tragedi di Sinai Utara: Serangan Bom Keji pada Tengah Hari
Tak Usah Panik terhadap Efek Letusan Gunung Agung
Tanpa kita sadari, rotasi bumi melambat selama beberapa detik. Meskipun terlihat tidak signifikan, perlambatan ini bisa memicu setidak-tidaknya 20 gempa bumi besar yang akan banyak muncul di negara tropis, tempat sekitar 1 miliar orang tinggal. Hal ini disebabkan oleh perubahan rotasi bumi yang memicu pelepasan energi bawah tanah dan menimbulkan gempa bumi.
“Korelasi antara aktivitas rotasi dan gempa di bumi sangat kuat dan menunjukkan akan terjadi peningkatan jumlah gempa bumi yang hebat tahun depan,” ucap Bilham.
Penelitian Bilham dan Bendick dilakukan dengan mempelajari gempa dengan kekuatan 7 skala ritcher atau lebih tinggi yang terjadi sejak 1900. Hasilnya adalah, ada 5 periode dengan gempa berskala besar lebih kerap terjadi dibandingkan dengan waktu lainnya. Pada periode ini, setidaknya terjadi 25-30 gempa bumi dalam setahun, lebih banyak dari rata-rata gempa besar dalam setahun yang hanya sekitar 15 kali saja.
Baca juga:
Hingga November Tahun Ini Sudah Terjadi 2.057 Bencana
Musim Hujan di Gamalama, Lahar Dingin Mengancam Warga
Rotasi bumi memang bisa melambat akibat dari kekuatan pasang surut antara bumi dan satelitnya, bulan. Sisi bumi yang terdekat dengan bulan akan mengalami tarikan gravitasi yang paling kuat. Sementara itu, sisi paling jauh dari bulan akan mengalami tarikan paling lemah. Hal ini ternyata bisa mempengaruhi jarak bumi dan bulan menjadi lebih dekat atau lebih jauh sekitar 4 cm per tahun. Hal ini juga ikut memengaruhi rotasi bumi dan akhirnya berimbas pada pergerakan lempeng tektonik bumi.
Hanya saja, cukup banyak ahli geologi yang skeptis pada hasil studi ini. Sebagai contoh, John Callan dari GNS Science menganggap hasil studi ini sebagai probabilitas saja, bukannya prediksi. Hal ini berarti, kita tidak bisa memprediksi apakah gempa bumi akan lebih banyak atau tidak pada tahun depan. (AW/SA)