Inibaru.id - Kota Semarang memang belakangan sedang gencar-gencarnya melakukan pembangunan di berbagai sektor. Berbagai infrastruktur publik dibenahi dan ditambahi. Dalam menunjang keindahan kota juga misalnya, bangunan unik pun dihadirkan. Salah satunya Microlabrary Warak Kayu.
Bangunan ini berada di Jalan Dr. Soetomo tepatnya berada di samping Taman Kasmaran atau Tepian Kopi yang nggak jauh-jauh juga dari Kampung Pelangi. Namun untuk saat ini memang bangunan ini belum sepenuhnya jadi.
Alfian Reza selaku perwakilan dari Suryawinata Haizelman Architecture Urbanism (SHAU). Perusahaannya punya andil dalam mendesain Microlibrary ini. Saat ditemui pada Senin (6/1) pagi, dia mengungkapkan kalau tinggal melakukan finishing saja.
“Target kami memang pada bulan Januari ini. Secara struktur utama sebetulnya sudah jadi. Mungkin tinggal finishing saja,” jelasnya.
Microlibrary Warak Kayu ini satu dari sekian banyak project yang dihasilkan oleh SHAU Architect and Urbanism. FYI, Semarang bukanlah kota pertama, proyek serupa sudah lebih dulu mereka kerjakan di kota-kota lain seperti Bandung dan Bojonegoro.
“Untuk di Semarang ini kami mendesain sesuai ciri khas kota dengan kami masukkan unsur warak ngendognya,” ujar pria yang berdomisili di Bandung ini.
Fungsi dari Microlibrary ini nggak jauh-jauh dari namanya. Yakni digunakan untuk ruang baca dan bermain. Alfian membeberkan kalau nantinya sasaran utama saat penggunaan Microlibrary ini adalah untuk anak-anak.
“Di sini kan dekat dengan permukiman. Kampung Pelangi salah satunya. Kemudian tempat wisata. Jadi kami nilai tempat ini cukup strategis untuk mendirikan Microlibrary ini,” kata Alfian.
Fasilitas yang bakal ada di Microlibrary ini antara lain seperti rak buku beserta koleksinya, ruang baca yang didesain sedemikian nyaman, ruang pertunjukan, dan ayunan warak. SHAU juga membuka kesempatan bagi komunitas literasi di Semarang untuk membuat kegiatan di Microlibrary Warak Kayu tersebut, lo.
Dalam membangun ini SHAU bekerja sama dengan pihak PT. Kayu Lapis Indonesia. Kayu-kayu yang digunakan pun berasal dari limbah pabrik yang sudah nggak dipakai lagi namun diolah kembali dan sudah terverifikasi. Dodong Budijanto dari PT. Kayu Lapis Indonesia menjelaskan struktur kayu tersebut
“Ada dua kayu yang kami pakai yakni kayu merbabu dan kayu meranti. Untuk merbabu digunakan dalam jenis finger joint yang digunakan untuk menjadi tiang-tiang pancang. Kemudian untuk meranti kami pakai untuk jenis plywood yang digunakan sebagai dinding,” jelasnya.
Dalam
pengelolaan nanti SHAU akan dibantu oleh Yayasan Arakatama Isvara Foundation.
PT. Kayu Lapis juga akan memberi SOP mengenai perawatan rumah kayu tersebut. Jadi, nggak bakal ada kesalahan dalam ngopeni bangunan serba kayu ini.
Gimana, Millens? Sudah nggak sabar kan nunggu Microlibrary Warak Kayu ini jadi? (Audrian F/E05)