Inibaru.id - Direktur Pemasaran Kapten Semar, D Kristoko Tri Pancoro, hadir secara langsung di studio. Sedangkan dua pembicara lainnya hadir secara virtual.
Mereka masing-masing Deputy Director of E-Commerce PT Victoria Care Indonesia (Herborist) William Budiarsa dan Direktur PT Alga Bioteknologi Indonesia (Albitec) Falasifah.
Kepada lebih dari 1.300 peserta webinar baik yang hadir secara langsung maupun virtual melalui Zoom Meeting, ketiga pelaku usaha itu membagikan pengalaman bertahan dan menjadi tangguh di era digital.
Caranya dengan go digital menyesuaikan kebutuhan dan situasi konsumen, seperti yang dilakukan PT Victoria Care yang terkenal dengan brand mereka, Herborist.
Awalnya, Herboris lebih banyak hadir di pasar secara konvensional atau offline dengan membuka gerai atau bekerja sama dengan toko-toko dan marketplace offline.
Namun seiring perkembangan situasi, terutama setelah pandemi melanda Indonesia pada Maret 2020 lalu, perusahaan ini mau tak mau juga harus go digital.
“Tentunya kami melihat situasi. Pandemi memaksa kita pakai teknologi, termasuk dalam pemasaran. Kenapa harus go digital? Pelaku usaha harus berpikir, kami awalnya konvensional, offline, lalu pada 2020 mulai berpikir digital,” jelas William.
Ditambah lagi, lanjutnya, kondisi pandemi memaksa masyarakat lebih banyak di rumah. Ada penerapan work from home (WFH). Otomatis pemenuhan kebutuhan juga lebih banyak dilakukan secara digital.
Menjawab pertanyaan moderator Zuhlifar Arissandy mengenai perbedaan dan keuntungan saat mulai go digital dibanding pada 1998 misalnya, William menjawab digitalisasi sangat mendukung dan mempermudah pemasaran. Distribusi produk bisa dilakukan sangat cepat dan tepat sesuai kebutuhan konsumen.
Sedangkan untuk menjawab pertanyaan peserta tentang cara mmempertahankan Herborist di tengah serbuan produk kosmetik asing, William menilai justru karena Herborist adalah produk lokal ada kekuatan lebih dibanding produk asing.
“Sebagai produk lokal, ketika kita ada kedekatan dengan konsumen, kita bisa lebih mudah membaca tren, tren ini cepat sekali berubah,” ujarnya.
Sementara itu, Kritoko Tri Pancoro dari Kapten Semar mengungkapkan perusahaannya menyediakan platform marketplace untuk mewadahi kalangan pelaku usaha ultramikro, mikro, dan kecil untuk go digital.
Cara pendaftarannya pun dibuat mudah. Semua orang bisa join dan bisa melihat pula apa yang ada di dalamnya. “Untuk menjadi mitra Kapten Semar mudah sekali, tinggal download aplikasinya terus mendaftar. Tidak perlu harus terdaftar di Google dulu,” ujar Kristoko.
Kristoko menambahkan Kapten Semar memfasilitasi pemasaran tidak hanya di bidang pariwisata tapi juga produk-produk unggulan desa, menghubungi Badan Usaha Milik Desa (Bumndes), produk industri rumah tangga, dan lainnya.
Hanya, Kristoko menekankan dalam hal ini yang penting adalah komunitas atau usahanya ada dan aktif dulu baru bisa difasilitasi oleh Kapten Semar. “Kami menawarkan transparansi, bagaimana UMKM bisa tumbuh dan bertahan,” jelasnya.
Ia menjelaskan tantangan terbesar Kapten Semar sebagai platform marketplace untuk UMKM menyadarkan masyarakat bahwa peran serta mereka tidak hanya memamerkan produk tapi juga menjalankan produk mereka. “Ketika komunitas sudah jalan, kami tinggal menghubungkan,” katanya.
Direktur PT Albitec, Falasifah, melakukan hal serupa agar bisa bertahan yakni dengan go digital. Albitec memproduksi makanan dan produk perawatan kulit (skincare) dengan bahan dasar alga spirulina.
“Harapannya bisa membantu masyarakat untuk lebih sehat karena 1 gram spirulina setara 1 kg sayur dan buah. Produk makanan kami ada yang dalam bentuk candy untuk anak-anak. Kemudian pewarna alami,” ujarFalasifah.
Falasifah menambahkan Albitec mengelola pemasaran produk digital melalui media sosial, website, dan media lainnya. “Di masa pandemi mau enggak mau memang kita harus pakai digital,” ujarnya.
Ia menambahkan dengan go digital, pemasaran produknya jadi lebih fokus, iklan juga lebih murah. Iklan tidak hanya memasarkan produk tapi sekaligus membangun brand awarness.
“Bertahan di era digital dengan banyaknya pesaing? Kami mengawali dengan riset pasar, memanfaatkan Google Trend untuk melihat apa yang tengah disukai masyarakat. Semakin banyak data semakin mudah kita menentukan sasaran pasar kita,” tandasnya. (IB01/E01)