Inibaru.id – Unggahan akun X (dulu Twitter) seorang Vtuber dari Jepang Hayate Takanashi yang belakangan ini kerap mengunggah informasi tentang kuliner Indonesia membuat pikiran saya sedikit tergelitik.
Maklum, kalau menurut Vtuber dengan 32 ribuan pengikut di YouTube tersebut, kata “sarapan” dalam Bahasa Indonesia bisa dimengerti maknanya oleh orang Jepang.
Yang lebih mengejutkan, maknanya ternyata nggak jauh-jauh dari menu makanan yang dikonsumsi pada pagi hari, lo!
“Sara = piring dalam Bahasa Jepang, pan = roti dalam Bahasa Jepang”, tulisnya di akun @hayatechaaan pada Minggu (8/6/2025).
Saya pun langsung teringat adegan Nobita dalam serial kartun Doraemon yang kerap bangun telat sebelum berangkat ke sekolah dan sembari terburu-buru memakai baju dan menyiapkan buku, sudah menggigit roti di mulutnya.
Artinya, bukan hal aneh bagi orang Jepang menikmati sarapan berupa roti yang diletakkan di atas piring. Namun, apakah kata sarapan memang muncul dari kebiasaan orang Jepang itu? Bisa jadi, mengingat kita pernah dijajah Negeri Sakura tersebut.
Tapi, apakah orang Jepang memang terbiasa sarapan dengan roti?
Kalau ngomongin sarapan, orang Jepang punya gaya sendiri yang khas dan sehat, lo. Nggak sekadar mengisi perut biar kenyang dan bertenaga, sarapan di Negeri Sakura ini dikenal sebagai waktu makan yang cukup penting. Mereka pun memperhatikan keseimbangan gizi pada menu sarapannya.
Biasanya, orang Jepang mulai sarapan antara pukul 06.30 hingga 08.00 pagi, tergantung aktivitas masing-masing. Anak sekolah dan pekerja kantoran cenderung makan lebih pagi biar nggak terlambat, sedangkan orang tua atau mereka yang tinggal di perdesaan bisa saja mulai sarapan sejak pukul 06.00.
Nah, apa saja yang biasanya mereka makan untuk sarapan?
Menu klasiknya terdiri atas nasi putih (gohan) sebagai sumber karbohidrat utama yang ditemani sup miso yang hangat dan menenangkan perut.
Lalu, ada ikan panggang seperti salmon atau mackerel yang rasanya gurih alami. Terkadang juga tersedia tamagoyaki, telur dadar manis khas Jepang yang lembut banget.
Bukan hal aneh juga jika di meja tersedia tsukemono alias acar sayuran dan natto (kedelai fermentasi) yang baunya menyengat tapi kaya gizi. Hidangan-hidangan ini kemudian dilengkai dengan teh hijau hangat yang segar.
Tapi zaman sudah berubah, Millens. Di kota-kota besar seperti Tokyo, misalnya, gaya sarapan pun ikut menyesuaikan ritme hidup yang serba cepat. Nggak sedikit orang Jepang sekarang yang memilih sarapan praktis kayak roti dengan selai, sandwich, atau cukup kopi saja.
Bahkan, banyak yang beli roti di minimarket di toko roti lalu memakannya saat jalan ke kantor. Hemat waktu, tetap kenyang!
Jadi, walaupun sarapan tradisional Jepang masih lestari di banyak rumah, gaya hidup modern membuat banyak orang beralih ke pilihan yang lebih simpel.
Jadi, menurutmu, adakah kaitan antara kata sarapan di Indonesia dengan kebiasaan makan pagi di Jepang? (Arie Widodo/E10)
