Inibaru.id - Bunyi pukulan kapak terdengar konsisten di belakang rumah Royan. Setelah saya tengok, ternyata bunyi-bunyian ini berasal dari aksi para pekerja yang sedang memisahkan buah aren dari tangkainya. Saya kemudian menemui Royan, salah seorang pembuat kolang-kaling di Desa Jatirejo Gunung Pati, Kota Semarang.
Semenjak tahun 2017, Pemkot Semarang menasbihkan desa tersebut menjadi kampung tematik sentra perajin kolang-kaling atau yang bisa disebut “Kampung Kaloka”.
Meski disebut sebagai sentra kolang-kaling, Desa Jatirejo nggak cuma berisi rumah produksi saja. Di tempat ini, kamu juga bisa mendapatkan edukasi mengenai pembuatan kolang-kaling. Saya cukup beruntung bisa menyaksikan proses pembuatan kolang-kaling tersebut.
Royan menunjukan ke saya tentang tahapan pembuatan kolang-kaling. Tahap pertama yang harus dilakukan adalah memisahkan buah aren dari tangkainya. Sebagai informasi, buah aren adalah bahan baku utama kolang-kaling.
Baca Juga:
Yang Baru dari Aksi Bagi-Bagi Takjil“Buah aren yang setengah matang. Biasanya warna kulitnya masih hijau,” jelas Royan pada Selasa (5/5/2020). Setelah buah aren dipisahkan, akan dimasukan ke dalam sebuah wadah yang berisi rebusan air.
Proses perebusan buah aren tersebut berguna untuk menghilangkan getah sehingga nggak menyebabkan gatal-gatal saat dikupas nanti. Proses perebusan bisa memakan waktu 1 sampai 2 jam. Tergantung kondisi dari buah aren yang ada.
Setelah aren tampak kehitam-hitaman, kemudian diangkat. Namun buah aren ini nggak bisa langsung dikupas. Harus ditunggu dulu hingga suhu panasnya mereda.
“Setelah itu dikupas. Bisa menggunakan pisau atau sendok,” papar Royan.
Cara mengupasnya adalah dengan membelah buah aren menjadi dua bagian hingga terlihat isinya. Setelah terlihat, buah aren bisa diambil dengan menggunakan sendok.
Isi buah aren berwarna putih tadi kemudian ditumbuk dengan menggunakan sebuah palu atau pemukul. Tujuannya agar bentuknya lebih pipih dan melebar. Setelahnya, biji aren direndam di dalam air kapur agar lebih kenyal.
“Perendamannya selama dua hari bahkan bisa sampai tiga hari,” tambahnya.
Setelah dua atau tiga hari, biasanya warna isi buah aren berubah menjadi lebih bening. Buah aren ini sudah bisa disebut sebagai kolang-kaling yang bisa kita olah menjadi campuran makanan atau minuman di bulan Ramadan.
Sebelum dipasarkan, kolang-kaling ini biasanya terus direndam demi menjaga kesegarannya. Hal ini juga menjamin mutu kolang-kaling saat dibeli pelanggan.
Nah, jadi begitulah proses pembuatan kolang-kaling, Millens. Huft, panjang juga ya proses pembuatan makanan yang sering kita santap saat berbuka puasa itu. (Audrian F/E07)