Inibaru.id – Nggak semua warga Timor Timur tetap berada di Timor Leste usai negara ini bercerai dari Indonesia pada 2002 silam. Mereka yang pro NKRI pun memilih untuk meninggalkan tanah airnya. Tapi, bukannya bernasib baik karena tetap menjadi WNI, kini para pengungsi ini justru hidup menderita tanpa perhatian layak dari pemerintah.
Pada Jumat (10/12/2020), para pengungsi Timor Timur melakukan unjuk rasa. Di Desa Tuapukan, NTT. Mereka ingin mendapatkan perhatian pemerintah, khususnya terkait dengan status lahan yang telah lama mereka jadikan tempat bernaung.
Perwakilan dari para pengungsi, Juana de Araujo Fernandes ingin pemerintah memastikan para pengungsi eks Timor Timur ini mendapatkan kehidupan yang layak.
“Kami hanya ingin diperhatikan. Kini kami sengsara, untuk makan dan minum saja setengah mati. Kami hanya ingin hak atas tanah, status yang jelas, itu saja,” ucap Juana, Selasa (15/12).
Mengetahui hal ini, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur berjanji akan segera berdiskusi dengan pemerintah pusat untuk memenuhi tuntutan status lahan para pengungsi seperti di Noelbaki, Naibonat, Tuapukan, Ponu, serta Haliwen. Apalagi, mereka telah menunjukkan kesetiaannya kepada Indonesia sejak melakukan eksodus pada 1999.
Rumah yang dihuni para pengungsi di kamp-kamp tersebut sangat nggak layak. Mereka juga bekerja serabutan demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Masalahnya, status pengungsi mereka telah dihapus badan PBB UNHCR yang membuat mereka nggak lagi berhak mendapatkan bantuan sejak 2002.
Farid Abdul Alkatiri, salah seorang peneliti yang mengecek kondisi para pengungsi eks Timor Timur ini menyebut kebanyakan pengungsi menetap di Belu. Meski ada juga yang sudah pindah ke Kupang. Kebanyakan dari mereka mengalami masalah di bidang kesehatan, kesejahteraan, serta pendidikan.
Jumlah pengungsi eks Tim-Tim yang masuk ke Indonesia pada masa referendum diperkirakan 250 ribu jiwa. Sayangnya, lahan pengungsian mereka di Belu masih dikuasai oleh lembaga adat sehingga mereka pun tidak bisa menggarapnya.
Karena kondisi nggak menentu, banyak pengungsi yang memilih kembali ke Timor Leste. Ada juga yang mengikuti program transmigrasi pemerintah. Tapi, tetap saja jumlah terbanyak masih berada di kamp pengungsian dan terlunta-lunta selama lebih dari 20 tahun.
Semoga saja nasib para pengungsi ini diperhatikan pemerintah, ya Millens. (Bbc/IB09/E05)