Inibaru.id - Upaya pengendalian banjir di Kota Semarang terus dikebut. Sejumlah langkah mitigasi dilakukan untuk mengurangi risiko genangan, terutama di wilayah Kaligawe yang menjadi salah satu titik rawan.
Langkah ini dilakukan berdasarkan hasil asesmen pascabanjir yang terjadi pada 23 Oktober hingga 5 November 2025 lalu. Salah satu fokus utamanya adalah memperkuat sodetan Unissula agar aliran air menuju laut bisa lebih lancar.
Berdasarkan rilis resmi Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang, penguatan sodetan ini diharapkan mampu menanggulangi banjir yang kerap melanda kawasan Kaligawe saat hujan deras dan pasang tinggi air laut terjadi bersamaan.
Selain sodetan, optimalisasi drainase dan pompa air juga menjadi prioritas. Pemkot Semarang mencoba mempercepat normalisasi harian, menambah pompa besar, dan menyiapkan pompa cadangan untuk mengantisipasi hujan dengan intensitas tinggi.
Sistem peringatan dini turut diperkuat dengan memanfaatkan informasi cuaca dari BMKG. Informasi tersebut disebarkan melalui sirine, SMS blast, serta kanal resmi pemerintah agar masyarakat bisa lebih siap menghadapi potensi banjir.
Langkah lain yang dilakukan yakni memastikan kesiapan logistik tanggap darurat seperti sembako, air bersih, obat-obatan, dan selimut. Penataan kawasan rawan juga digencarkan, terutama dengan menertibkan galian liar dan bangunan di bantaran sungai yang menghambat aliran air.
Dalam dua pekan ke depan, upaya difokuskan pada pembersihan sedimentasi, perbaikan jalan dan saluran air, penempatan posko cepat tanggap di tiap kecamatan terdampak, serta aktivasi tim pemantau cuaca selama 24 jam.
Untuk mempercepat pemulihan dan memperkuat infrastruktur pengendalian banjir, Pemkot juga mengharapkan dukungan dari pusat. Dukungan tersebut meliputi penambahan pompa besar dan genset, serta melanjutkan program Operation and Maintenance Contract (OMC).
Selain itu, Pemkot juga melakukan percepatan pembangunan tanggul laut serta alokasi dana tak terduga dan dana rehabilitasi-rekonstruksi pascabencana.
Banjir yang melanda akhir Oktober hingga awal November lalu berdampak cukup luas. Sebanyak 63.400 jiwa atau 21.125 kepala keluarga terdampak di 20 kelurahan, di antaranya Genuksari, Gebanganom, Kaligawe, dan Trimulyo. Peristiwa itu juga menelan empat korban jiwa.
Curah hujan ekstrem, saluran drainase yang tersumbat, pasang tinggi air laut, dan hambatan aliran sungai menjadi faktor utama penyebab banjir.
Melalui penguatan infrastruktur dan sistem peringatan dini, diharapkan risiko banjir serupa bisa diminimalisasi pada musim hujan mendatang. (Murjangkung/E10)
