Inibaru.id – Seoul lebih dari sekadar Ibu Kota Korea Selatan. Lebih dari separuh populasi negara tersebut tinggal di kawasan metropolitan Seoul yang merupakan kawasan ekonomi metropolitan terbesar ke enam di dunia. Tapi, di balik lebih dari 26 juta warga yang tinggal di kota tersebut, nyatanya banyak warga Seoul yang mati kesepian.
Kebanyakan dari mereka yang mengalaminya adalah laki-laki paruh baya. Mereka nggak punya anggota keluarga seperti anak atau istri yang tinggal bersama di rumah karena sudah memiliki keluarga sendiri, sudah meninggal, atau terpaksa merantau. Ada juga yang mati sendirian karena memilih untuk nggak berkeluarga sejak usia muda.
Per 2023 lalu saja, di Seoul, jumlah orang yang mati sendirian mencapai 3.661 kasus. Angka ini meningkat dari 3.559 kasus setahun sebelumnya dan 3.378 pada 2021. Saking maraknya kasus mati kesepian ini, sampai-sampai ada istilah untuk menyebut mati kesepian dalam Bahasa Korea, yaitu godoksa.
Sejumlah film atau drama Korea bahkan dibuat dengan menunjukkan banyaknya lansia yang tinggal sendirian seperti My Perfect Roommate (2022), Canola (2016), dan Hometown Chachacha (2021). Bisa dikatakan, fenomena ini memang bukan hal aneh terjadi di sana.
Nggak pengin kasus ini jadi semakin banyak di masa depan, pemerintah kota Seoul pun memutuskan untuk membuat program demi mengatasi godoksi ini dengan dana yang nggak main-main, yaitu 451,3 miliar won atau lebih dari Rp5 triliun! Mereka pengin membuat kota Seoul dan sekitarnya bisa membantu mereka yang kesepian agar nggak lagi menjalankan kehidupannya sendirian.
“Kesepian dan kesendirian bukanlah masalah individu. Ini harus diurus bersama-sama masyarakat,” ucap Wali Kota Seoul Oh Sehoon sebagaimana dinukil dari Cnn, Kamis (24/10/2024).
Nantinya, pemkot bakal menyediakan konselor yang bisa dihubungi siapa saja yang membutuhkan teman atau bantuan mental 24 jam. Mereka juga bisa melakukan konsultasi atau kunjungan jika membutuhkan. Nggak hanya itu, Ruang Terbuka Hijau yang memungkinkan banyak orang bisa bercengkerama bakal lebih diperhatikan. Di sana, nantinya bakal digelar kegiatan yang membuat orang-orang bisa bersosialisasi seperti berkebun, klub membaca, acara olahraga, dan lain-lain.
Nggak hanya itu, nantinya warga lansia atau warga paruh baya juga akan mendapatkan makanan bergizi dari pemerintah, Millens.
Mengapa Pemkot Seoul sampai repot-repot banget bikin program ini? Usut punya usut, ternyata kini banyak anak muda yang juga mulai melakukan hikikomori, istilah Bahasa Jepang untuk mereka yang memilih untuk menutup diri dari kehidupan sosial, termasuk dengan keluarganya. Jika dibiarkan, dikhawatirkan kasus godoksa bakal semakin meningkat di masa depan.
Apalagi, banyak generasi milenial dan gen Z di Korea yang mudah merasa gagal dan keras pada diri sendiri jika nggak mampu meraih sesuatu akibat pengaruh budaya yang membuat mereka seperti harus selalu bisa berguna atau berkontribusi. Duh, berat banget ya tekanan hidup di sana.
Semoga saja kasus mati kesepian di Korea bisa segera ditangani dengan baik, ya, Millens! (Arie Widodo/E10)