Inibaru.id - Aktivitas sentra pengasapan ikan Kampung Mangut Bandarharjo, Kota Semarang, pada Selasa (21/2/2020) berjalan sebagaimana biasanya. Para pegawai bekerja sesuai tugasnya masing-masing, mulai dari memotong, menjemur, hingga memanggang ikan di atas bara api.
Namun, di antara rutinitas tersebut, terlontar beragam keresahan. Selama pandemi corona ini, ikan-ikan yang mereka pasok kepada para pedagang nggak begitu laku. Jelas, adanya imbauan untuk menerapkan physical distancing berdampak pada aktivitas perdagangan.
Yoso yang sudah 5 tahun lebih bekerja sebagai pemanggang ikan mengungkapkan kalau jumlah pedagang yang ambil stok semakin sedikit. Masalahnya, pedagang tersebut nggak semuanya berasal dari Kota Semarang. Ada yang dari Demak, Ungaran dan Kendal. Mayoritas pedagang yang mengambil stok ikan mereka dari Pasar Kobong, Jalan Bundel Rejomulyo, Semarang Utara, kini juga semakin berkurang.
“Mungkin larangan untuk ke luar kota jadi menghambat mereka. Ditambah Semarang kan banyak yang kena, ya mungkin mereka juga takut,” ungkap Yoso.
Jenis-jenis ikan yang tersedia di sini adalah Tongkol, Manyung, Mangut, Tunul, Pari dan Patin. Yang paling laku biasanya adalah Kepala Manyung. Yoso menambahkan, kalau biasanya masing-masing jenis ikan bisa laku hingga 7 kuintal, kali ini hanya 3 sampai 5 kuintal saja. Angka ini tentu sangat meresahkan para pengasap ikan.
Kuntoro, pengasap lain di Kampung Mangut Bandarharjo menuturkan, meskipun pembelinya semakin sedikit, harga jual ikan asap nggak berubah. Misalnya, Kepala Manyung masih dihargai Rp 17 ribu per kg. Sementara itu, Tongkol dijual dengan harga Rp 10-15 ribu per kg.
“Sama. Cuma ya ngenesnya sepi itu,” keluh pria berusia 60 tersebut.
Meski kondisi bisnis semakin mengenaskan, seluruh 25 rumah asap di Kampung Mangut belum merumahkan karyawannya. Meski begitu, ada karyawan yang sudah mengalami pemotongan honor sebagai imbas dari kurangnya pendapatan.
Rafidah, pemotong ikan di salah satu rumah pengasapan memahami kondisi saat ini. Dia nggak protes karena sadar semua orang juga mengalami kesusahan.
“Saya menerima, meskipun juga nelangsa,” tandasnya pilu meski tetap menyunggingkan senyum.
Situasi di tengah pandemi ini memang cukup menyedihkan ya, Millens. Semoga saja, bisnis di Kampung Mangut bisa bertahan. (Audrian F/E07)
Baca Juga:
Transformasi Dugderan, Dug Tanpa Der!