Inibaru.id - “Saya harus bersiap di depan layar. Lalu, setelah itu bertemu Pak Yos (Yos Utama Rektor Undip). Dia mengucapkan selamat. Membuat gerakan menyalami tangan, tapi saya nggak merasa disalami,” ujar Nur Batsina Suci, wisudawan Undip yang mengisi wajah robot wisuda Undip.
Suci, sapaan akrabnya, adalah mahasiswa Sastra Indonesia. Pengisi wajah robot wisuda memang harus mahasiswa dengan nilai tertinggi (cumlaude) di tiap fakultas. Dan, Suci adalah salah satunya. Meski senang menjadi mahasiswa dengan nilai tinggi, dia merasa kurang puas dengan wisuda ini.
Baginya, ini bukan wisuda impian. Dia menunaikan kuliah jauh-jauh dari Jambi, salah satunya untuk merayakan wisuda di Gedung Soedharto Undip.
“Dulu saya datang kali pertama sebagai mahasiswa baru di Gedung Soedharto. Niatnya juga pergi dari Undip di gedung itu juga,” keluhnya, saat dihubungi lewat Whatsapp. Suci menjalan wisuda via streaming dari rumahnya.
Euforia Itu Hanya Sementara
![Disalami oleh Rektor dan wakil rektor. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>](/_next/image?url=https%3A%2F%2Fredaksi.inibaru.id%2Fmedia%2F7897%2Flarge%2Fnormal%2F053033f6-2bd3-4b21-a1d8-5163ab130c3b__large.jpg&w=3840&q=75)
Wisuda memang menyenangkan, apalagi punya nilai yang tinggi. Namun begitu, Suci mengungkapkan, euforia itu hanyalah sementara. Selanjutnya, laiknya kebanyakan lulusan, dia juga bakal mencari pekerjaan.
Kendati saat ini tengah menjalani bisnis kuliner, pascawisuda Suci mengaku akan tetap mencari pekerjaan yang sesuai dengan disiplin ilmu yang didalaminya selama empat tahun di kampus. Yeah, meski mau nggak mau dia menyadari bahwa mencari kerja saat pandemi bukanlah perkara gampang.
Hal serupa juga diamini Farah Khonsa Nabila, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat yang juga lulus dengan wisuda robot. Meski wajahnya nggak menjadi avatar di robot wisuda, dia merasa kalau wisuda dengan robot ini cukup unik.
Namun demikian, dia, sebagaimana mahasiswa lainnya, sejatinya pengin wisuda betulan.
“Ya, mau nggak mau dibikin enjoy saja,” ujar Farah.
Sama seperti Suci, Farah juga akan segera mencari kerja. Namun, dia memilih mencari pengalaman terlebih saja dulu, nggak mengharuskan diri kerja sesuai bidang disiplin ilmu yang digelutinya semasa kuliah.
Nggak Sakral Lagi
![Robot berpose di depan para dekan di Undip. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>](/_next/image?url=https%3A%2F%2Fredaksi.inibaru.id%2Fmedia%2F7898%2Flarge%2Fnormal%2F7e3f5af4-88c8-4ca1-bfff-8a186a05c7fb__large.jpg&w=3840&q=75)
Agak berbeda dengan Suci dan Farah, Faizun Arfanda justru merasa kurang senang dengan wisuda kali ini, yang dijalani dengan menggunakan robot avatar. Dia nggak puas, karena wisuda itu dianggapnya nggak sakral lagi.
Selain itu, dia juga menyoroti sistem yang menurutnya, semakin menyulitkan mahasiswa.
“Sekarang kan kalau mau daftar wisuda harus online, pasti harus registrasi dahulu. Nah, buat registrasi itu harus bayar UKT (Uang Kuliah Tunggal) lagi. Masak iya, mau wisuda doang harus bayar UKT?” ungkap Mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2015 tersebut.
Mencari pekerjaan di tengah pandemi seperti ini memang dinilai sulit. Paceklik yang terjadi, bikin banyak perusahaan pikir-pikir untuk terima pegawai. Namun, Faizun tetap optimistis, dia bisa memperoleh pekerjaan yang sesuai.
“Memang agak sulit, soalnya jurusan saya kan nggak masuk di kriteria, jadi agak sulit. Kecuali yang memberi persyaratan “semua jurusan”. Tapi kan yang semua jurusan juga sedikit,” pungkas Faizun.
Wah, wah, wisudawan baru, persaingan kerja baru. Nggak masalah! Semoga para wisudawan dilapangkan jalannya ya, Millens! (Audrian F/E03)