Inibaru.id – Selain perayaan Natal di Vatikan, ada juga perayaan Natal di tempat lain yang selalu mendapatkan perhatian dari seluruh dunia, yaitu di Betlehem. Namun pada tahun ini, warga dan pengurus gereja di sana memilih untuk nggak merayakannya karena berduka untuk orang-orang yang ada di Gaza.
Betlehem dikenal luas sebagai tempat kelahiran Yesus. Lokasinya sekitar 10 kilometer di sisi selatan Yerusalem. Di sana, kamu bisa menemui Gereja Kelahiran yang dibangun Konstantin Agung pada 330 M.
Pada Natal-Natal sebelumnya, ribuan wisatawan yang sebagian besar adalah peziarah dari seluruh dunia memadati Manger Square di Betlehem. Tapi, kali ini nggak ada satu pun manusia dengan senyum merekah yang ada di sana. Bahkan, nggak ada satu pun pohon Natal yang didirikan di Alun-Alun. Lagu-lagu khas Natal yang biasanya terdengar ceria pun sama sekali nggak dialunkan di sana.
Yang terlihat hanyalah Adegan Kelahiran Yesus yang sengaja diberi tambahan batu-batu besar dan kawat berduri di sekitarnya. Batu dan kawat berduri ini sengaja dipasang untuk menghormati anak-anak yang jadi korban keganasan Israel di Gaza.
Pastor Eissa Thaldjiya yang bertugas di Gereja Kelahiran mengakui bahwa mereka merasa nggak sanggup untuk merayakan Natal pada tahun ini karena rasa duka yang mendalam atas banyaknya korban di Gaza.
“Saya lahir di kota ini, dan menjadi pendeta di gereja ini selama 12 tahun. Tapi belum pernah melihat Betlehem semuram ini, bahkan selama pandemi kemarin sekalipun nggak seperti ini. Kami nggak bisa merayakan Natal. Sulit rasanya jika teringat saudara-saudara kita di Gaza. Lebih baik sekarang kami berdoa,” ujarnya sebagaimana dikutip dari Bbc, Senin (25/12/2023).
Hal serupa diungkap Patriarkat Latih Yerussalem Pierbattista Pizzaballa. Di Gereja Kelahiran, dia berkata bahwa Natal tahun ini sangatlah memilukan. Dia juga menyerukan perdamaian agar nggak ada lagi korban nggak bersalah yang sia-sia.
“Ini perang yang mengerikan. Ada dua juta orang yang menderita di Gaza. Genjatan saja nggak akan cukup. Kita harus menghentikan kekerasan ini,” ungkapnya sembari mengenakan syal hitam putih khas Palestina.
Nggak hanya pihak gereja yang memilih untuk nggak merayakan Natal, warga setempat juga merasakan hal yang sama. Salah seorang pemilik toko bernama Abood Subouh mengaku nggak bisa menjual banyak barang layaknya Natal pada tahun-tahun sebelumnya. Namun, dia nggak mempermasalahkannya karena menganggap perayaan Natal justru terasa seperti aib jika tetap dilakukan.
“Kami nggak bisa bahagia dengan banyaknya orang yang terbunuh di Gaza. Kami masih di Palestina, makanya kami nggak bisa merayakannya,” ucapnya.
Meski membuat Hari Natal terlihat sangat memilukan di Betlehem, keputusan untuk membatalkan perayaan Natal di sana bisa dimengerti ya, Millens. Mereka masih berduka atas jatuhnya ribuan korban di Gaza. (Arie Widodo/E10)