Inibaru.id – Kamu pasti pernah mendengar ramalan Jawa Kuno ini, Millens. Kabarnya, kalau sampai Gunung Slamet meletus, bisa membelah Pulau Jawa. Sebenarnya, apakah hal ini memang bakal bisa terjadi di masa depan?
Untuk ukuran nama gunung, Slamet memang sangat unik. Dia dinamai Gunung Slamet sebagai doa agar gunung ini selalu memberikan manfaat bagi warga yang tinggal di sekitarnya. Selain itu, Slamet juga diharapkan bisa membawa keselamatan alih-alih bahaya andai sewaktu-waktu terjadi erupsi.
Meski bukan yang tertinggi, Gunung Slamet adalah yang terbesar di Pulau Jawa. Ukurannya yang besar membuatmu bisa melihatnya dari kabupaten-kabupaten yang ada di kawasan Pantura, sekaligus dari Kabupaten di Karesidenan Banyumas. Jadi, setidaknya bagian dari gunung ini termasuk dalam lima kabupaten sekaligus!
Nah, gara-gara ukurannya yang super inilah, banyak orang yang percaya kalau Gunung Slamet jika meletus bisa membelah Pulau Jawa. Apalagi, kalau dicek di peta-peta, lokasinya memang persis ada di tengah-tengah pulau ini.
Tipe Erupsi Gunung Slamet
Fadlin, ahli Vulkanologi, Endapan Mineral, serta Geokimia dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto menyebut pada Agustus 2019 lalu, aktivitas Gunung Slamet sempat meningkat. Menurutnya, aktivitas ini normal dan terkait dengan aktifnya lempeng di bagian selatan Jawa.
Dari sisi sains, Fadlin menyebut respons masyarakat terkait dengan kekhawatiran bahwa Gunung Slamet bisa membuat Jawa terbelah jika sampai erupsi cukup berlebihan. Dia justru yakin kalau sampai Gunung Slamet erupsi, nggak akan begitu berbahaya.
Penjelasannya begini, Millens. Sudah ada penelitian yang dilakukan para ahli dari Teknik Geologi Unsoed. Hasilnya, produk batuan dari Gunung Slamet masih bersifat basaltic. Hal ini berarti, kalau sampai terjadi letusan, paling tinggi hanya akan memicu erupsi berjenis strombolian atau seperti percikan kembang api saja. Jenis erupsi ini termasuk nggak begitu berbahaya.
Fadlin bahkan menyebut jenis erupsi ini biasanya membuat jarak aman dari kawah Slamet hanya sekitar satu kilometer saja. Jarak ini lumayan jauh dari permukiman warga yang tinggal di kaki gunung ini.
Meski begitu, Fadlin juga nggak ingin menganggap enteng alam, apalagi Gunung Slamet. Dia meminta pemerintah daerah untuk selalu mengawasi aktivitas gunung ini dan menyiapkan mitigasi jika sampai ada bencana terjadi sewaktu-waktu. Dia juga meminta pemerintah mempelajari karakter dan potensi bencana yang bisa saja terjadi di masa depan.
Diharapkan, warga nggak akan begitu khawatir jika di lain waktu, Gunung Slamet aktif kembali. Jadi, ketakutan bahwa jika Gunung Slamet meletus bisa membelah Pulau Jawa pun bisa ditekan. (Lip/IB09/E05)