Inibaru.id – Meski ada yang mendukung pembubaran Front Pembela Islam (FPI), pmberedelan organisasi itu melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) pada 30 Desember 2020 lalu masih menyisakan kekecewaan sejumlah pihak. Saya pun berpikir, gimana kelanjutan ormas yang sudah terlajur eksis ini?
Perlu kamu tahu, SKB yang ditandatangani Mendagri, Menkumham, Menkominfo, Jaksa Agung RI, Kapolri, dan Kepala BNPT, memastikan bahwa FPI adalah organisasi terlarang. Artinya, segala hal, termasuk kegiatan, atribut, dan logo, dari organisasi tersebut dilarang di Indonesia.
Saya semula menerka, para eks pengurus FPI bakal kecewa berat dengan pembubaran ini. Penuh perasaan canggung saya menanyakan hal ini kepada Ketua FPI Jawa Tengah KH Syihabudin. Via telepon, Selasa (12/1/2021), dia mengatakan bahwa para anggota menanggapinya biasa saja.
“Karena rezimnya zalim, kami maklum kalau rezimnya memusuhi kelompok-kelompok yang menegakkan keadilan, memusuhi kezaliman!” seru lelaki yang akrab disapa Syihab itu mengawali pembicaraan, belum lama ini, yang jujur saja langsung bikin saya tercengang.
Ya, Syihab paham betul pembubaran ini nggak sesuai dengan prosedur hukum. Menurutnya, pelarangan ini nggak sah karena seharusnya diputuskan melalui pengadilan, alih-alih penerbitan SKB. Namun, nasi telah menjadi bubur. Kendati dibubarkan, dia memastikan bahwa kegiatan eks FPI masih berjalan.
“Ruh FPI akan jalan terus, kegiatan kami walau nggak pakai nama FPI, atau (memakai) FPI yang lain, akan berjalan, tidak ada berhentinya!” tegas dia.
Akan Jadi Lebih Besar
Kemungkinan berdirinya organisasi "kloningan" FPI atau yang kerap disebut FPI 0.2 agaknya memang bukanlah isapan jempol belaka. Menurut Syihab, tinggal menunggu waktu FPI yang baru akan menjadi lebih besar.
“FPI dibubarkan, akan lahir FPI lagi, yang lebih besar," klaimnya, yang juga mengungkapkan bahwa meraka kemungkinan akan memakai nama Front Persaudaraan Islam untuk meneruskan cita-cita FPI.
Sebelumnya, Syihab mengungkapkan, para eks FPI sepakat menggunakan nama “front persatuan” sebagai pengganti "front pembela". Nama ini juga sudah diiyakan petinggi mereka. Namun, karena "persatuan islam" merujuk pada Persis, organisasi lain yang juga berasas Islam, mereka ganti lagi.
"DPP (dewan pimpinan pusat) kemudian mengambil nama 'front persaudaraan' (sebagai pengganti front pembela),” ungkap pengasuh Ponpes Al Hadist Kebonsari, Desa Wonoboyo, Kecamatan Wonoboyo Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, itu.
Dia menambahkan, eks FPI akan terus bergerak untuk menepati amar makruf nahi munkar. Menurutnya amar makruf merupakan tugas seluruh umat islam, sementara FPI hanya sarana kendaraan saja.
"Kalau kendaraan direbut atau dirusak, beli kendaraan baru,” terangnya, dengan nada yang agak meninggi. "Sebenarnya kami marah karena ini kendaraan kami. Namun, kami nggak masalah. Kami akan bergerak terus selama masih ada kemungkaran di Indonesia,” tandasnya.
Wawancara yang sejatinya nggak begitu panjang ini pun selesai. Singkat, tapi terasa sangat panjang. Saya berharap, jika memang FPI terlahir kembali, ada wajah baru yang lebih ramah dalam organisasi tersebut. Mungkinkah? (Zulfa Anisah/E03)