Inibaru.id – Warga Semarang atau Jawa Tengah yang kerap melewati jalur Ungaran – Bawen atau pengin berwisata ke Bandungan pasti tahu di mana lokasi pertigaan Lemahabang yang persis di seberang SPBU. Tapi, jarang yang menyadari keberadaan sebuah monument di sebelah pertigaan tersebut.
Dari arah Karangajati/Bawen, monument tersebut bisa kamu lihat persis di sebelah kiri, persis sebelum jalan masuk menuju arah Bandungan. Biasanya, di depan monument tersebut, ada tukang ojek atau angkutan desa (angkudes) yang menunggu penumpang.
Meski keberadaannya jarang disadari banyak orang, bukan berarti monument tersebut nggak penting ya. Soalnya monument tersebut berfungsi sebagai peringatan atas sebuah pertempuran penting pada masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Pertempuran di Lemahabang terkait dengan pertempuran Ambarawa yang berlangsung pada 20 Oktober hingga 15 Desember 1946. Kala itu, pasukan NICA (tentara sipil Hindia Belanda) dan pasukan sekutu pengin membebaskan tawanan perang dari pihak Belanda di kamp Banyubiru Ambarawa dan Magelang.
Tapi, tawanan tersebut ternyata juga dipersenjatai oleh mereka. Pertempuran pun pecah di antara mereka dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Sempat berhenti setelah Soekarno dan Brigadir Bethell bertemu di Belanda pada 2 November 1945, pertempuran kembali pecah pada 22 November setelah pasukan Inggris mengebom sejumlah permukiman penduduk di Ambarawa.
Mayor Soeyoto dan pasukannya mendapatkan perintah dari Letkol Bambang Soegeng yang berada di Temanggung untuk memakai jalur Bandungan demi mencegat bala bantuan bagi pasukan sekutu yang berasal dari Semarang. Pada 28 November, mereka mampu melumpuhkan sebuah tank pasukan sekutu di persimbangan tersebut.
Setelah itu, pasukan yang dipimpin Soeyoto bakal mencegah bantuan bagi sekutu di Ungaran, sementara itu pasukan lain yang dipimpin Soewito Haryoko tetap bertahan di sekitar Karangjati yang nggak jauh dari Lemahabang.
Sayangnya, pencegatan bantuan di Ungaran membuat Soeyoto dan pasukannya harus menghadapi pertempuran yang mengerikan. Sebanyak 21 tentara, termasuk Mayor Soeyoto gugur meski berhasil melakukan pencegatan terhadap bantuan amunisi dan logistik bagi pasukan sekutu tersebut. Bisa dikatakan, berkat pengorbanan merekalah, pergerakan TKR semakin mampu memojokkan pasukan sekutu di Ambarawa. Pasukan sekutu pun akhirnya memilih untuk mundur kembali ke Semarang.
Untuk mengenang pertempuran tersebut, maka didirikanlah Monumen Lemahabang di sana. Bahkan, ada yang menyebut nama Lemahabang terinspirasi dari pertempuran ini. Lemah berarti tanah dan abang berarti darah.
Konon, hal ini disebabkan oleh dahsyatnya pertempuran yang membuat tanah di sana dipenuhi dengan warna darah dari para pejuang dan pasukan sekutu, Millens.
Nggak disangka ya, ternyata ada monumen pertempuran di pertigaan Lemahabang yang nggak banyak diketahui? (Arie Widodo/E05)