Inibaru.id – Letusan lumpur panas Kesongo yang berada di kawasan KPH Randublatung, Petak 141 RPH Padas BKPH Trembes, Desa Gabusan, Kecamatan Jati, Blora pada Kamis (27/8/2020) ternyata memakan korban. Setidaknya, 19 kerbau hilang karena diduga terkubur lumpur. Bahkan, letusan ini menyebabkan udara di sekitar lokasi menjadi beracun dan membuat empat warga jatuh pingsan.
“Yang baru diketemukan 1 kerbau, sisanya belum diketahui,” ucap anggota Babinsa setempat, Serka Jatmiko, Kamis (27/8).
Warga yang mengalami keracunan karena menghirup asap letusan berasal dari Dusun Sucen, Desa Gabusan. Mereka langsung dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Beruntung, kondisi mereka kemudian membaik.
“Saudara Marno, Kadis, serta Sukimin langsung dilarikan ke Puskesmas Doplang. Sementara itu, Warino sudah dibawa ke RS Habibullah,” lanjut Jatmiko.
Salah seorang saksi yang melihat secara langsung letusan ini, Agus Rimbawanto menyebut letusan sangat mengerikan. Saat itu, dia berada sekitar 1 kilometer dari lokasi.
“Saya sampai ketakutan dan pegangan ke kayu jati,” cerita laki-laki yang juga anggota Polhut di RPH Padas ini.
Agus menyebut letusan ini terjadi pada pukul 05.00 WIB dan berlangsung sekitar 10 menit. Nggak ada tanda-tanda apapun sebelum letusan terjadi. Tiba-tiba saja ada suara gemuruh yang sangat keras dan diiringi dengan letusan dengan tinggi sekitar 40 meter.
Sebenarnya, fenomena letusan lumpur panas di Kesongo ini mirip dengan yang terjadi di Bleduk Kuwu Grobogan. Tapi, letusan ini adalah yang paling besar yang pernah Agus ketahui. Berdasarkan informasi warga sekitar, penyebab letusan ini adalah gas.
Sekitar 3 tahun lalu, letusan di Kesongo juga terjadi. Bahkan, letusan tersebut menewaskan satu orang.
Berdasarkan keterangan Kepala Cabang Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah untuk wilayah Kendeng Selatan Teguh Yudi Pristiyanto, telah ada penelitian yang dilakukan di wilayah Kesongo. Lokasi tersebut ternyata adalah Gunung Api Lumpur atau Mud Volcanoes. Gas yang menyebabkan letusan ini adalah methane.
Meski letusannya menakutkan dan berbahaya, sebenarnya fenomena unik ini cukup menarik untuk dipelajari, ya Millens? (Lip/IB09/E05)