Inibaru.id – Belum reda kasus perburuan atas seekor gajah bernama Bunta di Aceh beberapa waktu lalu, masyarakat Indonesia kembali dikagetkan dengan matinya seekor gajah di Bengkulu. Gajah betina tersebut ditemukan di HP Air Teramang, kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Desa Retak Mudik, Kecamatan Sungai Rumbai, Kabupaten Mukomuko, Bengkulu pada Minggu (1/7/2018). Saat ditemukan tim Konservasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), kondisi tubuh dan organ-organ gajah tersebut telah hancur dengan tengkorak terpisah.
Hingga kini tim KLHK masih berupaya melakukan penyelidikan atas tewasnya gajah yang diperkirakan berusia 20 tahun itu. Untuk mempermudah proses penyelidikan tersebut, pihak KLHK bekerja sama dengan kepolisian seperti dituturkan Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Indra Explotasia Semiawan.
“Proses penyelidikannya melalui nekropsi (forensik), olah Tempat Kejadian Perkara (TKP), pengambilan keterangan, dan penyisiran di area TKP. Nekropsi itu semacam autopsi yang dilakukan pada manusia. Tujuannya untuk mengetahui penyebab kematian, dengan alat atau bahan apa matinya, sudah sejak kapan kematiannya, hingga mencari tahu tujuan dibunuh, dan sebagainya.” kata Indra, dilansir dari Detik.com, Senin (2/7).
Diperkirakan gajah tersebut telah mati lebih dari seminggu akibat luka rahang. Luka rahang ini timbul akibat calingnya (sebutan untuk gading gajah betina) diambil.
Dari pemeriksaan di sekitar TKP, petugas menemukan kotoran, jejak kaki kelompok gajah liar, serta dua pondok kebun yang diduga telah dihancurkan kelompok gajah liar tersebut.
Sebelum kasus perburuan ini mencuat, pihak kepolisian juga tengah menangani kasus gajah Bunta yang tewas diracun pada Sabtu (9/6) lalu di Kamp Conversation Response Unit (CRU) Lokop, Kecamatan Serbajadi, Kabupaten Aceh Timur, Aceh. Tim Keswan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh langsung melakukan nekrospi, sedangkan lima petugas CRU Lokop dipanggil pihak kepolisian untuk dimintai keterangan sebagai saksi.
Kematian gajah tersebut menuai beragam kecaman dan respon dari berbagai kalangan. Kepala BKSDA Aceh Sapto Aji Pranowo bahkan menggelar sayembara agar warga bisa membantu mengungkap kasus itu.
"Kami menyediakan uang Rp 30,5 juta untuk siapapun yang bisa memberi informasi akurat atas pembunuhan Bunta, plus ngopi gratis seumur hidup," ujar Saptoseperti ditulis Liputan6.com, (24/6).
Duh, miris ya. Padahal, gajah merupakan hewan yang sudah langka, lo. Yah, semoga pelaku dari kasus perburuan dan pembunuhan terhadap satwa liar ini segera terungkap ya, Millens. (IB15/E04)