inibaru indonesia logo
Beranda
Hits
Kembali Populer Saat Pandemi, Ini Perjalanan Tie Dye yang Nggak Ada Matinya
Senin, 10 Agu 2020 11:24
Penulis:
Bagikan:
Tie dye yang nggak ada matinya. (Alsport.com)

Tie dye yang nggak ada matinya. (Alsport.com)

Pakaian dengan corak tie dye menjadi 'must have' item bagi siapa saja. Kini tren fesyen satu ini kembali populer di tengah pandemi. Adakah hubungannya dengan sejarah kemunculannya?

Inibaru.id – Siapa yang nggak suka mengenakan pakaian dengan corak tie dye warna warni? Mungkin kamu sendiri menyimpan satu atau beberapa pakaian tye die di lemarimu, Millens? Pakaian dengan corak ini memang nggak pernah kuno untuk dikenakan.

Tye die adalah satu teknik mewarnai kain dengan cara diikat sedemikian rupa sebelum dilakukan pencelupan untuk menghasilkan pola warna tertentu. Tren yang satu ini kembali populer selama pandemi Corona pada beberapa bulan terakhir ini.

Barangkali karena sedang punya waktu luang, banyak orang yang mencoba membuat dan memamerkannya di media sosial. Vlogger kecantikan terkenal seperti Tasya Farasya juga ikutan tren ini.

Bukan Hal Baru

Meski kini populer, tie dye ternyata bukan hal yang baru di dunia fashion lo. Jika kini tren fesyen ini kembali populer di masa pandemi, pada mulanya tie dye muncul pada masa kerusuhan. Ya, tren fesyen itu selalu berulang!

Seorang analis pasar di sebuah perusahaan analisis data Edited Kayla Marci mengungkapkan bahwa tie dye menonjol di barat selama gerakan perlawanan budaya pada 1960-an dan 1970-an. Dirinya melihat perubahan politik dan budaya saat tahun 70-an kurang lebih sama dengan kondisi saat ini.

Tie dye muncul tahun 1960-andan 1970-an. (Kompas Lifestyle)
Tie dye muncul tahun 1960-andan 1970-an. (Kompas Lifestyle)

"Fashion yang bersifat nostalgia bisa digunakan sebagai bentuk pelarian karena konsumen menghadapi masalah global termasuk pandemi, resesi dan kerusuhan sipil," kata Marci.

Popularitas tie dye ini dibaca oleh label-label fesyen busana athlesuire (athlete and leisure) dan busana sehari-hari. Menurut Kimberly Swarth, CEO dari label athleisure Onezie, tie dye merepresentasikan kebebasan. Nggak heran banyak orang yang kepincut menggunakannya.

"Print tie dye membawa kembali rasa dari periode bentuk kebebasan 'hippy' yang revolusioner dalam sejarah. Melalui print yang ajaib ini, orang bisa memancarkan perasaan ini," terang Kimberly Swarth.

Nggak hanya itu, Kelly Cooper, wakil presiden senior di label Chico menganggap tampilan tye die menjadi inspirasi perusahaan. Ya, selama 37 tahun berdiri, tie dye seperti nggak ada matinya.

Cocok dipakai saat musim panas. (Entertainment Tonight)
Cocok dipakai saat musim panas. (Entertainment Tonight)

Menurutnya, tie dye menjadi "must have" item setiap musim panas tiba.

"Pandemi dan konsumen banyak menghabiskan waktu di rumah, ketertarikan akan fashion yang bersifat nostalgia kembali populer dalam area busana-busana harian yang nyaman," imbuh Kelly.

Busana dengan motif satu ini cocok untuk dipakai di musim panas. Warna-warninya yang mencolok merepresentasikan hidup yang energik dan ceria. Kini warna tie dye sudah berkembang. Salah satu yang digemari adalah warna unicorn.

Kamu punya berapa baju bercorak tie dye di lemarimu, Millens? (CNN/IB27/E05)

Komentar

OSC MEDCOM
inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved