Inibaru.id – Bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara resmi memberi nama “Nurtanio” bagi pesawat N219 hasil buatan PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan). Pemberian nama ini dilangsungkan di Base Ops, Lapangan Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta.
Nama Nurtanio dipilih untuk mengenang jasa Laksamana Muda Udara (Anumerta) Nurtanio Pringgoadisuryo yang merintis pembuatan pesawat terbang di Indonesia sejak 1946. Nurtanio bekerja di Biro Perencana Konstruksi Pesawat di lingkungan Tentara Republik Indonesia yang ada di Madiun. Biro inilah yang menjadi cikal-bakal industri dirgantara di Indonesia.
Baca juga:
Google Sajikan Peta yang Lebih Bersih dan Cerah
Berkat Transformasi Maksimal, PT KAI Raih Penghargaan Internasional
Pesawat N219 memiliki kapasitas 19 seat dan bermesin propeller atau baling-baling berjenis Hartzell 4-Blade Metal Propeller. Pesawat ini mampu mendarat di landasan pendek atau dengan panjang 600 meter saja. Hal ini berarti, pesawat ini mampu menjangkau berbagai wilayah terpencil di Indonesia.
Nurtanio juga dilengkapi dengan dua buah mesin buatan Pratt & Whitney Aircraft of Canada Limited PT6A-62 yang masing-masing bertenaga 850 SHP. Dengan memakai mesin tersebut, maka pesawat ini mampu membawa beban sebanyak 7.030 kilogram saat lepas landas dan 6.940 kilogram saat mendarat. Pesawat ini juga mampu terbang dengan kecepatan 210 knot meskipun kecepatan ekonomisnya sekitar 190 knot.
Di dalam kabin pilot N219, kita bisa menemukan Garmin G-1000 lengkap dengan Flight Management System yang sudah dilengkapi Global Positioning System (GPS), sistem autopilot, serta sistem peringatan bahaya penerbangan.
Baca juga:
Kemenkominfo Blokir 6 Situs Tenor Penyedia Gif Pornografi di WhatsApp
Mengapa Twitter Menambah Batasan Karakter Menjadi 280?
Pesawat N219 disebut-sebut akan menyaingi pesawat berjenis Twin Otter DHC-6 dari Kanada. Hanya saja, Nurtanio memiliki model yang lebih modern namun dengan harga yang lebih murah. Tak hanya itu, suku cadangnya juga lebih mudah untuk didapatkan. N219 juga bisa dimodifikasi menjadi pesawat angkut amfibi atau mendarat di perairan sehingga bisa menopang wisata bahari Tanah Air.
Elfien Goentoro, Direktur Utama PT DI, menyebut Nurtanio bisa menjadi solusi untuk membuka aksesiblitas dan konektivitas berbagai wilayah terdepan, terluar, serta tertinggal di Indonesia layaknya di Papua Barat atau di Pegunungan Papua. Dengan adanya pesawat ini, diharapkan aktivitas perekonomian dan mobilisasi warga akan semakin terbantu sehingga program satu harga yang dicanangkan pemerintah bisa diwujudkan. (AW/SA)