inibaru indonesia logo
Beranda
Hits
Judi Online Sulit Diberantas di Indonesia Karena Dianggap Remeh?
Selasa, 2 Jul 2024 20:53
Penulis:
Bagikan:
Judi online masih sulit diberantas di Indonesia. (Beritanasional/Oke Atmaja)

Judi online masih sulit diberantas di Indonesia. (Beritanasional/Oke Atmaja)

Pakar kesehatan menyebut judi online sulit diberantas di Indonesia karena dianggap remeh. Padahal, seharusnya mereka yang memainkannya juga harus mendapatkan terapi agar bisa benar-benar berhenti!

Inibaru.id – Tahu nggak, per kuartal pertama 2024 ini saja, transaksi keuangan judi online di Indonesia mencapai angka Rp101 triliun? Angka ini berasal dari kurang lebih 4 juta orang pemain yang terdeteksi di data yang diungkap oleh Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Jumlahnya cukup mencengangkan, ya?

Menurut Menkopolhukam Hadi Tjahjanto, pemain judi online ini nggak hanya orang-orang di usia produktif, melainkan juga dari kalangan lansia dan anak-anak. Yang lebih mengenaskan 80 persen dari total pemain judi online berasal dari kalangan menengah ke bawah.

“Selain itu, 2 persen pemain judi online itu anak di bawah usia 10 tahun atau sekitar 80 ribu orang,” ungkap Hadi sebagaimana dilansir dari Katadata, (24/6/2024).

Mengingat kita sudah memegang data pemain judi online, mengapa sampai sekarang judi online sulit untuk diberantas? Kalau soal itu, ada kecenderungan masyarakat Indonesia, termasuk pemerintah sedikit meremehkan masalah ini. Nggak percaya? Sampai sekarang kecanduan judi masih belum dianggap sebagai masalah kesehatan, lo.

“Di Indonesia judi nggak dianggap sebagai masalah kesehatan, melainkan masalah moral dan sosial. Akhirnya, masyarakat jarang yang sampai mengakses layanan terapi agar bisa berhenti kecanduan,” ungkap pakar kesehatan Hari Nugroho dari organisasi yang bergerak di bidang sosialisasi berbagai hal yang bikin adiksi, Green Crescent Indonesia.

Seharusnya pemain judi online mendapatkan terapi agar bisa berhenti kecanduan. (Tvonenews/Julio Trisaputra)
Seharusnya pemain judi online mendapatkan terapi agar bisa berhenti kecanduan. (Tvonenews/Julio Trisaputra)

Anggapan ini berdampak lebih jauh dalam hal kebijakan yang dibuat pemerintah. Mereka hanya fokus ke penutupan akses atau mencari sindikat judi. Padahal, masyarakat bisa dengan mudah mengakses judi online dengan VPN, misalnya. Intinya, kalau sudah kadung kecanduan, mereka bakal mencari berbagai cara agar bisa memainkannya kembali.

Hal berbeda berlaku di negara-negara lain. Di Eropa, sudah banyak pemerintahan negara yang menerapkan kebijakan yang membuat nggak semua orang mudah memainkan judi online. Sebagai contoh, verifikasi identitaas diperketat, lalu deposit uang juga hanya bisa dilakukan dengan kartu kredit atau kartu debit dengan pembatasan tertentu.

Ada juga aturan yang melarang deposit dilakukan setelah pukul 21.00 hingga pagi hari. Buat kamu yang nggak tahu, pada jam-jam tersebut, banyak orang sudah nggak bisa lagi fokus dan terus-terusan memainkan judi online dengan serampangan.

Faktor terakhir yang jadi sorotan Hari adalah customer service dari aplikasi judi online biasanya adalah orang Indonesia. Jadi, pemain judi online merasa nyaman dan aman memainkannya. Padahal, tanpa sadar mereka telah kehilangan banyak uang.

“Padahal, server aplikasi atau situsnya di luar negeri, tapi customer servicenya orang Indonesia,” keluh Heri.

Yap, bisa dikatakan, sejauh ini pemerintah masih belum maksimal dalam memberantas judi online. Padahal, dampaknya sudah sangat parah dan mempengaruhi ekonomi, khususnya di kalangan kelas bawah. Sampai kapan ya hal ini dibiarkan? (Arie Widodo/E05)

Komentar

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved