Inibaru.id – Perjanjian Breda di Kastil Breda pasca-Perang Inggris-Belanda II pada 1667 membuat Inggris terpaksa merelakan Pulau Rhun (Run) di Kepulauan Banda yang kaya pala dan cengkih kepada Belanda. Sebagai gantinya, Inggris mendapatkan Nieuw Nederland (Pulau Manhattan) dan Nieuw Amsterdam (Kota New York).
Kini, New York dan Manhattan dikenal sebagai The Big Apple yang merupakan pusat keuangan dan perdagangan dunia. Bagaimana dengan Pulau Rhun? Pulau seluas 3 kilometer persegi tetap menjadi penghasil rempah. Namun, konon penduduknya bahkan belum merasakan aliran listrik. Ironis?
PLN bukannya nggak pernah memperhatikan pulau yang masuk Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, ini. Sejak akhir 2018, sudah ada Unit Layanan Pembangunan Listrik Tenaga Diesel (ULPLTD) di pulau tersebut. Namun, semuanya sia-sia nggak ada mesin di ULPLTD ini.
“Bangunan sama tiang listrik sudah ada, tapi mesin belum ada,” keluh Kepala Desa Pulau Rhun Salihi Surahi, Jumat (13/11/2020), yang juga mengatakan bahwa warganya sangat membutuhkan listrik.
Menurut penuturan Salihi, baru pihak swasta yang menyediakan listrik di pulau tersebut, sedangkan pemerintah belum melakukannya. Dia pun berharap, pemerintah, khususnya PLN, lebih serius menyediakan pembangkit listrik di wilayahnya, karena harga listrik swasta begitu mahal.
Perlu kamu tahu, warga setempat harus membayar Rp 200 ribu per bulan untuk bisa menikmati aliran listrik. Itu pun hanya bisa dinikmati selama lima jam per hari, dari pukul 18.00 hingga 23.00 WIT.
Pembahasan Serius di Perjanjian Breda
Dibanding Banda Neira yang bahkan menjadi nama sebuah grup musik di Tanah Air, Pulau Rhun mungkin memang nggak cukup diketahui orang Indonesia, apalagi sekarang. Namun, pulau ini pernah menjadi pembahasan serius antara Inggris, Belanda, Norwegia, dan Swedia, di Perjanjian Breda.
Kekalahan Inggris pada Perang Inggris-Belanda II (1665-1667) membuat mereka terpaksa menerima tawaran Belanda untuk menyerahkan Pulau Rhun. Sebagai gantinya, Inggris mendapatkan Manhattan dan New York.
Melihat kemegahan New York saat ini, siapa pun tentu menganggap apa yang terjadi di Pulau Rhun sebagai ironi. Jangankan pembangunan supermegah laiknya The Big Apple, untuk listrik saja mereka harus menunggu begitu lama! (Det/IB09/E03)