Inibaru.id – Setiap hari, warga Kota Semarang memproduksi 1.000 hingga 1.200 ton sampah. Jumlah sampah yang tinggi ini membuat Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang melakukan berbagai cara serius untuk mengelolanya.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menyebut produksi sampah masyarakat Kota Semarang bisa menimbulkan masalah lingkungan yang besar jika tidak ditangani dengan baik. Karena alasan inilah sejak 2012, Pemkot Semarang mengelola sampah menjadi kompos dengan hasil 300 hingga 400 kubik per hari.
“Kami juga membangun sistem landfill gas dengan menggunakan dana bantuan dari Kerajaan Denmark dan dukungan dari Kementerian PUPR, Kemenko Maritim, Kementerian Lingkungan Hidup, serta Dinas ESDM Provinsi Jateng,” ucapnya dilansir dari laman Kompas, Sabtu (5/10/2019).
Sistem ini mampu membuat timbunan sampah seluas 9 hektar di TPA Jatibarang ditutupi dengan geo membrane. Hal ini akan memproduksi gas metana yang bisa dikonversikan menjadi energi listrik dengan kekuatan 0,8 Megawatt.
Pemkot Semarang juga telah melakukan penandatanganan Perjanjian Jual beli Listrik Landfill Gas TPA Jatibarang dengan PLN pada Jumat (4/10) kemarin. Hal ini berarti, listrik yang diproduksi di TPA Jatibarang bisa menyuplai listrik bagi PLN unit induk distribusi Jateng dan Yogyakarta.
Meski begitu, Pemkot Semarang ternyata masih belum puas. Mereka pengin membuat PLTSa dengan kapasitas yang lebih besar. PLTSa ini dibangun dengan menggunakan biaya Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) sebesar Rp1,4 triliun. Ditargetkan, PLTSa ini bisa mulai beroperasi pada 2022 mendatang.
“Pemkot berkomitmen mengelola sampah-sampah yang belum bisa diolah dengan PLTSa yang memakai insenerator sehingga bisa memproduksi 15-22 Megawatt listrik,” ucap Hendi.
Semoga proyek ini bisa berjalan lancar dan pengelolaan sampah di Semarang semakin membaik, ya Millens. (IB09/E04)