inibaru indonesia logo
Beranda
Hits
Gunung Kebnekaise di Swedia Makin Pendek, Ada Apa?
Rabu, 18 Agu 2021 15:15
Penulis:
Inibaru Indonesia
Inibaru Indonesia
Bagikan:
Gunung Kebnekaise di Swedia makin pendek karena pemanasan global. (Flickr/

Oskar Karlin)

Gunung Kebnekaise di Swedia makin pendek karena pemanasan global. (Flickr/ Oskar Karlin)

Puncak Selatan Gunung Kebnekaise di Swedia makin pendek 2 meter. Hal ini tentu mencemaskan banyak pakar lingkungan. Apalagi, pemicunya terkait dengan perubahan iklim. Kok bisa?

Inibaru.id – Gunung Kebnekaise di Swedia makin pendek. Memang, penurunan ketinggian ini hanyalah dua meter. Jauh dari ketinggian aslinya yang mencapai lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut. Namun, tetap saja penurunan ketinggian ini mencemaskan banyak pakar lingkungan.

Penurunan ketinggian ini ditemukan oleh tim peneliti yang berasal dari Stockhlom University, Swedia. Pada 2019 lalu, puncak selatan Gunung Kebnekaise nggak lagi dianggap sebagai puncak tertinggi di gunung tersebut karena sepertiga dari gletser yang ada di sana sudah mencair. Yang bikin masalah, cairnya gletser ini semakin parah hingga sekarang.

“Pada 14 Agustus, puncak selatan Kebnekaise terukur pada 2.094,6 meter di atas permukaan laut oleh para peneliti dari stasiun penelitian Tarfala,” terang tim peneliti, Selasa (17/8/2021).

Sejak pengamatan mulai dilakukan pada 1940-an, ketinggian puncak ini adalah yang paling rendah. Dampaknya, kini perhitungan ketinggian Gunung Kebnekaise pun digeser ke puncak utara karena di puncak inilah titik paling tinggi gunung tersebut. FYI, pada 1990-an, puncak gunung ini bahkan sempat tercatat 2.118 meter, lo. Hm, menurun drastis, ya?

Selain karena naiknya suhu udara yang membuat gletser mencair dengan cukup parah, ada hal lain yang mempengaruhi penurunan ketinggian gunung ini, yakni kondisi angin yang mempengaruhi tumpukan salju pada musim dingin. Meski begitu, tetap saja faktor pemanasan iklim di Swedia menjadi yang paling besar.

Gunung Kebnekaise berlokasi di 150 km sebelah utara Lingkaran Arktik alias Kutub Utara. Gunung ini masuk dalam bagian Pegunungan Skandinavia dan Situs Warisan Dunia Laponia. Sayangnya, pemanasan global sudah memicu pencairan gletser besar-besaran di kawasan tersebut.

Pemanasan global membuat suhu Juli 2021 paling tinggi dari Juli-Juli lain dalam 142 tahun terakhir. (Flickr/Guian Bolisay)
Pemanasan global membuat suhu Juli 2021 paling tinggi dari Juli-Juli lain dalam 142 tahun terakhir. (Flickr/Guian Bolisay)

Suhu Terpanas Dunia dalam 142 Tahun Terakhir Terjadi pada 2021

Meski banyak orang yang menyangkal dan menganggap remeh, realitanya dampak dari pemanasan global sudah sangat parah bagi bumi. Juli 2021 lalu bahkan menjadi bulan dengan suhu paling panas dalam 142 tahun terakhir. Fakta ini diungkap oleh Pusat Informasi Lingkungan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat (NOAA).

“Juli memang biasanya menjadi bulan terpanas di dunia karena memang sedang di musim panas atau musim kemarau di sebagian besar wilayah. Hanya, Juli 2021 menjadi yang terpanas dari seluruh Juli dan bulan-bulan lainnya dalam data kami,” jelas Administrator NOAA Rick Spinrad, Sabtu (14/8).

Suhu pada Juli 2021 mencapai 0,93 derajat Celcius lebih hangat dari rata-rata suhu bulan-bulan Juli lainnya sejak abad ke-20. Pemicunya? Apa lagi kalau nggak perubahan iklim akibat pemanasan global.

“Ini merupakan peringatan mengenai musim panas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Panas, kekeringan, kebakaran hutan, dan banjir, semua terjadi tahun ini,” terang pakar lingkungan Michael Mann.

Duh, pemanasan global sampai membuat gunung jadi makin pendek. Kita harus pandai-pandai menjaga kondisi alam nih, Millens. (Cnn/IB09/E05)

Komentar

OSC MEDCOM
inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved