BerandaHits
Minggu, 3 Agu 2025 15:01

Gula, Rasa Manis yang Ternyata Punya Banyak Jenis

Penulis:

Gula, Rasa Manis yang Ternyata Punya Banyak JenisSiti Khatijah
Gula, Rasa Manis yang Ternyata Punya Banyak Jenis

Ilustrasi: Yang kita kenal sebagai gula atau pemanis sebetulnya merujuk pada banyak bahan. (Stocksy/Nadine Greeff via Healthline)

Nggak hanya yang berasal dari tebu, gula yang memberikan rasa manis di lidah sebetulnya memiliki banyak jenis. Pertanyaannya, manakah yang paling baik untuk dikonsumsi?

Inibaru.id - Manisnya gula di lidah acap membangkitkan memori di masa kecil; teh hangat buatan ibu, kue ulang tahun yang diiris tipis untuk dibagikan ke seluruh teman, atau es krim favorit yang dibeli di toko kelontong sepulang sekolah di tengah siang yang terik.

Namun, tahukah kamu bahwa minuman dan kudapan manis yang bikin bernostalgia itu nggak semuanya berasal dari gula? Rasa manis yang menemani kita sejak lahir ternyata jauh lebih kompleks dari sekadar butiran putih yang mudah larut di lidah itu.

Di Indonesia, umumnya dulu kita mengenal dua macam gula, yakni gula putih yang berbentuk butiran seperti pasir dan gula merah yang berbentuk batangan. Gula putih berasal dari tebu, dengan variasi gula batu. Sementara, gula merah berasal dari aren atau kelapa, dengan variasi gula semut (gula merah berbentuk pasir).

Seiring perkembangan waktu, kita mengenal pelbagai macam gula atau pemanis yang berasal dari bahan berbeda, mulai dari gula bit yang juga berwarna putih berbentuk butiran pasir hingga yang berbentuk cairan seperti sirup maple, sirup jagung, hingga madu. Pertanyaannya, manakah yang paling aman?

'Gula' yang Paling Aman

Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan kesehatan dan gaya hidup seimbang, sebagian dari masyarakat memang mulai mempertanyakan, "gula" macam apa yang paling aman dikonsumsi? Ini pulalah yang acap dipertanyakan Anita Febriani.

Memiliki kedua orang tua yang sama-sama punya riwayat mengidap penyakit diabetes membuat ibu satu anak ini cukup memperhatikan asupan gula di rumahnya, terlebih karena dirinya suka memasak dan membuat kue. Dalam tiap masakan, dia dan suami juga mengaku belum bisa mengurangi kadar manisnya.

"Tiap pagi suami selalu bikin teh manis. Malam juga. Sementara itu, aku nggak bisa ngopi kalau nggak manis, padahal tiap hari minimal aku harus ngopi satu cangkir," tuturnya belum lama ini.

Untuk saat ini, Anita mengaku mulai mengganti gula pasir biasa dengan produk gula diet yang ada di pasaran. Adapun untuk membuat kue, sebisa mungkin dia memilih menggantinya dengan gula sintesis atau rasa manis dari buah-buahan yang menurutnya lebih aman.

Mengenal Berbagai Jenis Gula

Ilustrasi: Pemanis buatan yang diklaim nggak mengandung kalori dan kadar gula darah cukup populer di kalangan penderita diabetes. (iStock via Harvard)
Ilustrasi: Pemanis buatan yang diklaim nggak mengandung kalori dan kadar gula darah cukup populer di kalangan penderita diabetes. (iStock via Harvard)

Menurut ahli gizi dari Cleveland Clinic, Julia Zumpano, gula secara umum terbagi menjadi dua: gula alami dan gula tambahan. Gula alami hadir secara alami dalam bahan makanan seperti fruktosa dalam buah dan laktosa pada susu.

Sementara itu, gula tambahan adalah gula atau pemanis yang ditambahkan ke makanan dan minuman saat proses pembuatan atau penyajian, contohnya sukrosa (gula pasir), sirup jagung yang tinggi fruktosa, atau madu.

Meskipun fungsinya sama yakni memberikan rasa manis, masing-masing jenis gula memiliki karakteristik dan dampak yang berbeda. Gula pasir atau sukrosa, misalnya, adalah gabungan dari glukosa dan fruktosa yang banyak digunakan dalam rumah tangga.

Gula ini cepat diserap tubuh dan meningkatkan kadar gula darah dengan cepat, yang jika dikonsumsi berlebihan, bisa memicu resistensi insulin. Ini berbeda dengan gula kelapa yang dianggap lebih alami karena proses pembuatannya nggak terlalu banyak melalui pemurnian.

Bukan Jenis, tapi Jumlah

Namun, di antara semua pemanis yang kita kenal, madu sering dipandang sebagai pilihan yang “lebih sehat” dari lainnya. Benarkah demikian? Faktanya, madu tetaplah tergolong gula tambahan yang tinggi kalori. Ia juga akan tetap berdampak signifikan pada kadar gula darah (penyebab diabetes) jika dikonsumsi berlebihan.

Yang menarik, dunia pemanis kini juga diramaikan oleh pemanis buatan dan pemanis rendah kalori seperti stevia dan eritritol. Stevia, yang diekstraksi dari tanaman Stevia rebaudiana yang nggak mengandung kalori dan kadar gula darah membuatnya populer di kalangan penderita diabetes.

Namun, menurut studi yang dipublikasikan di Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics, beberapa pemanis buatan justru dapat memengaruhi mikrobioma usus dan menimbulkan efek metabolik jangka panjang yang belum sepenuhnya dipahami.

“Yang penting sebetulnya bukan hanya jenis gula, tapi juga jumlah dan konteks konsumsinya,” kata Dr David Ludwig, ahli endokrinologi dari Harvard Medical School. yang menekankan bahwa mengurangi konsumsi gula tambahan secara keseluruhan jauh lebih berdampak ketimbang menggantinya dengan versi "sehat".

Maka, jika ditanya gula manakah yang paling baik, pilihannya bergantung pada kebutuhan tubuh, kondisi kesehatan, dan pola makan kita secara keseluruhan. Namun, mengetahui bahwa gula memiliki berbagai jenis adalah langkah awal yang bagus menuju keputusan konsumsi yang lebih bijak. (Siti Khatijah/E10)

Tags:

Inibaru Indonesia Logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Sosial Media
A Group Member of:
medcom.idmetro tv newsmedia indonesialampost

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved