BerandaHits
Rabu, 26 Jun 2024 19:25

Dolar Naik, Ukuran Tahu Makin Kecil

Penulis:

Dolar Naik, Ukuran Tahu Makin KecilArie Widodo
Dolar Naik, Ukuran Tahu Makin Kecil

Ilustrasi: Industri tahu dan tempe terdampak nilai tukar Dolar yang terus naik. (Inibaru.id/Triawanda Tirta Aditya)

Ternyata, nilai tukar Dolar terus naik terhadap Rupiah berdampak buruk terhadap industri tahu dan tempe di Indonesia. Ada yang bahkan terancam gulung tikar, lo. Kok, bisa?

Inibaru.id – Per Rabu (26/6/2024) pukul 15:49 WIB, nilai tukar 1 Dolar Amerika Serikat berada di angka Rp16.421. Naiknya Dolar terhadap Rupiah ini ternyata memberikan dampak yang sangat nggak terduga kepada industri tahu tempe di Indonesia, lo.

Gara-gara nilai tukar Rupiah yang terus melempem, industri tahu di Kelurahan Wirobrajan, Kota Yogyakarta terpaksa membuat ukuran tahu yang diproduksi jadi lebih kecil. Alasannya, hal ini gara-gara mereka hanya bisa membeli bahan baku tahu berupa kedelai impor. Tahu sendiri kan harga kedelai impor sangat dipengaruhi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar? Semakin naik nilai Dollar, semakin mahal pula harga kedelai bahan baku tahu.

“Kalau Dollar terus naik, mau nggak mau pengaruhnya ke produksi sangat besar karena kita memakai kedelai impor. Mau nggak mau tahunya jadi lebih kecil, lebih tipis. Padahal dulu pas awal membuka usaha tahu, saat harga kedelai impor masih di angka Rp7 ribuan, ukuran tahu yang kami produksi cukup besar,” ujar pemilik industri tersebut Wadiono sebagaimana dilansir dari Kompas, Rabu (26/4).

Menurut pemilik usaha bernama Tahu Pesona ini, dia memilih untuk mengurangi ukuran tahu alih-alih menaikkan harga tahu karena khawatir bikin tahu produksinya jadi nggak laku. Apalagi, daya beli masyarakat belakangan ini juga cukup lesu karena kondisi ekonomi yang cukup berat.

Industri tahu tempe dihantam semakin mahalnya harga bahan baku kedelai impor. (Inibaru.id/Triawanda Tirta Aditya)
Industri tahu tempe dihantam semakin mahalnya harga bahan baku kedelai impor. (Inibaru.id/Triawanda Tirta Aditya)

Salah seorang pembeli tahu dari industri rumahan tersebut, Ndaru, menyebut rasa dari tahu yang dia beli mengalami perubahan.

“Belakangan ini memang lebih tebal tepungnya daripata tahunya,” ungkapnya.

Apa yang dilakukan Wadiono bisa dimengerti. Mereka memilih untuk tetap bertahan dengan harga bahan baku yang lebih mahal meski terpaksa harus mengurangi ukuran dan kualitas tahu yang diproduksi. Pasalnya, beberapa hari yang lalu, Ketua Umum Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin bahkan memperkirakan bakal banyak industri tahu dan tempe yang akan gulung tikar gara-gara Dollar terus naik.

“Padahal belakangan ini daya beli masyarakat turun. Tapi kita harus tetap bertahan dengan bahan baku kedelai impor dari Brasil atau Amerika Serikat yang semakin mahal. Operasional produksi pun jadi naik. Pilihannya kalau nggak naikkan harga, kurangi ukuran, atau mengurangi produksi. Paling parah ya berhenti,” ketus Aip sebagaimana dinukil dari Inilah, Kamis (20/6).

Asal kamu tahu saja, kebutuhan bahan baku kedelai untuk industri tahu dan tempe Indonesia mencapai 3,3 sampai 3,5 juta ton setiap tahun. Sayangnya, petani lokal hanya mampu menyediakan 200 sampai 300 ribu ton. Mengingat permintaan tahu dan tempe di Indonesia sangat tinggi, mau nggak mau para pelaku industri pun bergantung pada kedelai impor yang harganya dipengaruhi nilai tukar Dolar.

Duh, semoga pemerintah bisa segera membuat strategi agar industri tahu dan tempa di Indonesia bisa bertahan ya, Millens. Nggak kebayang kalau akhirnya tahu dan tempe jadi langka di Indonesia karena produsennya kesulitan. (Arie Widodo/E05)

Tags:

Inibaru Indonesia Logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Sosial Media
A Group Member of:
medcom.idmetro tv newsmedia indonesialampost

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved