BerandaHits
Sabtu, 9 Agu 2025 15:01

Cukupkah Melindungi Anak dengan Memblokir Roblox?

Penulis:

Cukupkah Melindungi Anak dengan Memblokir Roblox?Siti Khatijah
Cukupkah Melindungi Anak dengan Memblokir Roblox?

Ilustrasi: Apakah dengan memblokir Roblox otomatis anak-anak terlindungi? (Getty Image via Inc)

Jika melihat ketidaksesuaian pada satu hal, memusnahkan memang lebih mudah ketimbang memperbaiki, termasuk saat wacana memblokir Roblox karena dianggap memuat unsut kekerasan mencuat akhir-akhir ini. Namun, cukupkah melindungi anak dengan cara itu?

Inibaru.id - Pemerintah tengah mempertimbangkan pemblokiran platform Roblox karena keprihatinan akan kontennya yang dianggap mengandung potensi kekerasan bagi anak-anak. Wacana ini terus bergulir dari hari ke hari hingga mengerucut pada polariasi opini, yakni setuju atau tidak.

Di tengah hiruk-pikuk itu, hampir nggak pernah ditemukan anak-anak yang dimintai pendapatnya. Hal tersebut masuk akal, mengingat sebagian besar anak mungkin akan cenderung memilih nggak setuju. Artinya, bagi mereka, gim yang jadi tempat nongkrong jutaan user ini "penting" untuk mereka.

Mereka yang setuju dengan pemblokiran Roblox biasanya berdalih demi “menjaga masa depan generasi muda”. Sementara itu, mereka yang nggak setuju berpendapat bahwa pemblokiran adalah bentuk pemberangusan ruang kreativitas yang sayang untuk ditutup begitu saja.

Maharani, misalnya, semula termasuk pihak yang setuju dengan wacana pemblokiran Roblox. Namun, belakangan dia mengurungkan niat itu setelah melihat apa yang dilakukan buah hatinya di dalam gim interaktif yang bisa diakses secara global itu.

"Kalau kubilang, Roblox itu lebih mirip ekosistem yang membuat para pemain bisa membangun dunia mereka sendiri, berinteraksi, dan membuat gim sendiri," tutur ibu satu anak asal Gresik tersebut, Sabtu (9/8/2025).

Permasalahan yang Lebih Mendesak

Menurutnya, ketimbang sibuk mewacanakan untuk memblokir Roblox, ada banyak permasalahan yang sejatinya jauh lebih mendesak ketimbang melakukan pemblokiran. Dari anaknya, Rani mengetahui bahwa di Roblox orang bisa belajar mengasah keterampilan coding, desain, dan kerja sama tim.

"Jadi, apakah pemblokiran benar-benar solusi terbaik? Bagaimana dengan platform lain yang juga menampilkan kekerasan? Menurut saya, ada hal lain yang jauh lebih mendesak jika niatnya melindungi anak, salah satunya dengan mendampingi mereka saat main gim," terannya.

Apa yang dikatakan Rani sejalan dengan pernyataan Ketua DPR Puan Maharani pada Jumat (8/8) lalu. Terkait rencana pemerintah memblokir game Roblox, dia mengatakan bahwa masalahnya bukanlah pada gim tertentu, tapi gimana kita membekali anak dengan kemampuan kritis dan proteksi di tengah banjir konten digital.

"Orang tua, guru, dan anak harus dibekali literasi digital di tengah kemudahan mereka mengakses konten di internet," terang politikus PDI Perjuangan itu. "Kita perlu melakukan reformasi literasi digital anak di tengah maraknya konten yang sering tidak cocok untuk mereka ini."

Alternatif selain Memblokir Roblox

Ilustrasi: Wacana memblokir Roblox kali pertama mencuat melalui pernyataan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti. (Cloudfront)
Ilustrasi: Wacana memblokir Roblox kali pertama mencuat melalui pernyataan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti. (Cloudfront)

Wacana memblokir Roblox kali pertama mencuat saat Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti meninjau pemeriksaan kesehatan gratis di SD Negeri Cideng 02 Jakarta pada awal Agustus lalu. Di tengah anak-anak, Abdul Mu'ti mengatakan, kalau main HP jangan menonton kekerasan.

"Jangan yang ada berantem atau kata-kata yang jelek. Jangan tonton yang tidak berguna. Terus, Roblox juga, jangan main itu karena tidak baik," tuturnya, dikutip dari Antara (4/8).

Dari pernyataan itu, muncullah wacana untuk memblokir Roblox. Pertanyaannya, cukupkah melakukan pemblokiran untuk melindungi anak? Ketimbang buru-buru mengambil langkah yang kemungkinan bakal diprotes para Gen-Z dan Alpha di seluruh Indonesia ini, cobalah langkah alternatif ini:

1. Menaati sistem rating usia untuk gim

Daripada langsung memblokir, pemerintah bisa memperkuat sistem klasifikasi permainan digital. Kita telah memiliki Indonesia Game Rating System (IGRS) sejak Peraturan Menteri Nomor 11 Tahun 2016. Jika sudah diterapkan, menjadi peran orang tua untuk menyaring secara detail konten yang sesuai usia.

2. Edukasikan orang tua alih-alih membatasi anak

Pendekatan edukatif justru telah menunjukkan hasil yang signifikan pada kasus penolakan larangan bermain gim di sejumlah negara. Ketimbang melarang, pemerintah setempat memilih mendorong pendidikan publik mengenai rating game.

4. Pengetahuan teknologi dan batasan waktu bermain

Alih-alih memblokir, solusi berbasis teknologi seperti kontrol orang tua akan lebih modern, edukatif, dan kemungkinan berterima bagi anak. Edukasi ini juga termasuk membatasi waktu bermain gim untuk anak

Teknologi itu seperti pisau yang bisa untuk masak sekaligus melukai orang, tergantung gimana kita memakainya. Roblox pun begitu. Mungkin yang kita butuhkan bukanlah menutup pintu, tapi memasang pagar berlapis agar anak tetap bisa bermain dan belajar dengan aman.

Memblokir memang lebih mudah ketimbang membenahi yang kurang sesuai. Kalaupun pada akhirnya memang nggak bisa diperbaiki, setidaknya kita pernah mencoba mengubahnya, kan? (Siti Khatijah/E10)

Tags:

Inibaru Indonesia Logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Sosial Media
A Group Member of:
medcom.idmetro tv newsmedia indonesialampost

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved