Inibaru.id - Pucat, bertaring, berpakaian gelap, dan mengisap darah; itulah gambaran khas vampir yang terbentuk dari cerita-cerita horor dan film. Tapi ada satu ciri yang paling sering dikaitkan dengan vampir modern yakni takut cahaya matahari. Saking kuatnya, sinar mentari disebut bisa langsung membakar atau membunuh vampir.
Namun ternyata, dalam kisah-kisah vampir awal, termasuk novel legendaris Dracula (1897), nggak ada cerita soal vampir yang musnah karena sinar matahari. Bahkan Count Dracula dikisahkan masih bisa berkeliaran di siang hari, hanya saja kekuatannya menurun.
Lalu dari mana asal mitos vampir yang alergi sinar matahari?
Untuk melacaknya, kita harus mundur ke era jauh sebelum Hollywood membuat vampir tampil memukau. Menurut Paul Barber dalam bukunya Vampires, Burial, and Death, sosok vampir berasal dari cerita rakyat Eropa Timur di masa wabah. Tubuh-tubuh yang membusuk tanpa pemakaman layak menciptakan bayangan-bayangan horor akan “mayat hidup” yang bangkit untuk mengisap darah.
Berbeda dengan versi film yang ramping dan memesona, vampir dalam cerita rakyat dulu digambarkan kembung dan berwarna merah tua, bukan pucat mengilap. Konsep vampir yang elegan dan bangsawan baru muncul di era sastra Gotik abad ke-19, lewat karya seperti The Vampyre (1819) oleh John Polidori dan Carmilla (1872) oleh Sheridan Le Fanu.
Namun tetap, belum ada sinar matahari yang bisa membunuh.
Nosferatu Jadi Pelopor
Baru pada tahun 1922, dalam film bisu Jerman Nosferatu, muncul adegan ikonik yang mengubah segalanya. Vampir menyeramkan bernama Count Orlok berubah jadi asap saat terkena cahaya fajar. Inilah momen pertama dalam sejarah fiksi ketika vampir digambarkan hancur oleh matahari dan sejak itu, citra tersebut menempel kuat di benak publik.
Ada pula teori medis yang mencoba menjelaskan mitos ini. Beberapa pakar percaya bahwa gambaran vampir berasal dari penyakit porfiria, kelainan darah yang bisa membuat kulit sensitif terhadap cahaya. Penderitanya juga sering pucat, dan gejala-gejalanya konon cocok dengan deskripsi vampir. Namun teori ini juga diragukan oleh banyak peneliti karena nggak ada bukti kuat bahwa orang zaman dulu menghubungkan porfiria dengan mitos vampir.
Menariknya, mitos vampir yang takut matahari justru lahir bukan dari cerita rakyat, bukan pula dari sastra, tapi dari sinema.
Dan dari situ, lahirlah warisan visual yang masih bertahan sampai sekarang. Yap, film, serial, bahkan pop culture. Vampir modern, mulai dari Blade hingga Twilight, nyaris selalu ditampilkan punya hubungan “bermasalah” dengan cahaya matahari.
Jadi, kalau kamu berencana menulis cerita vampir, ingatlah bahwa nggak semua vampir harus terbakar saat matahari terbit, Gez. Kamu bisa kok kembali ke akar mitos atau menciptakan versi yang benar-benar baru. Gimana kalau vampir yang workaholic karena takut miskin? Hehe (Siti Zumrokhatun/E05)
