Inibaru.id – Nggak hanya perubahan iklim atau pemanasan global, bumi ternyata sedang menghadapi masalah yang jauh lebih serius. Kalau menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). Kita sebenarnya sedang menghadapi tiga krisis sekaligus yang disebut sebagai “triple planetary crisis”.
Memangnya, apa saja sih krisis yang dimaksud? Selain perubahan iklim yang sudah berkali-kali kita baca di berbagai media, krisis lain yang sebenarnya kita hadapi sehari-hari namun seringkali kita abaikan adalah masalah polusi serta masalah limbah.
Kalau menurut Direktur Jenderael Planologi, Kehutanan, dan Tata Lingkungan Kementerian LHK Hanif Faisol Nurofiq, berbagai krisis tersebut sudah menyebabkan turunnya fungsi lingkungan hidup, Millens.
“Dampak dari tiga krisis ini padahal berkepanjangan. Sifatnya juga sangat merusak dan sebenarnya sudah mulai kita alami belakangan ini, yaitu menurunnya fungsi lingkungan hidup,” ujar Hanif dalam paparan ‘Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup (D3TLH) Sebagai Rambu-Rambu Arahan Pemanfaatan Sumber Daya Alam dalam Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan’ di Jakarta sebagaimana dilansir dari Medcom, Senin (11/3/2024).
Yang paling terasa dari berkurangnya fungsi lingkungan hidup adalah semakin sulitnya mendapatkan air hingga udara bersih. Di kawasan perkotaan, polusi udara sudah ada di titik mengkhawatirkan sampai-sampai banyak orang mengalami masalah pernapasan.
Khusus untuk air, sebagian besar sungai-sungai yang sudah terjamah peradaban sudah tercemar. Banyak air sumur yang bahkan nggak layak untuk dikosumsi. Bahkan, yang sebenarnya sudah kita rasakan namun nggak disadari, kita sudah bergantung dengan air minum isi ulang atau air minum dalam kemasan untuk konsumsi sehari-hari.
Melihat parahnya dampak dari penanganan alam yang buruk dari manusia, Hanif pun menyarankan aksi nyata demi menahan laju triple planetary crisis. Kalau bisa, ke depannya malah bisa mencegahnya memicu kerusakan yang lebih jauh.
Caranya adalah dengan perencanaan pemanfaatan sumber daya alam yang baik. Pemerintah Indonesia sendiri sebenarnya sudah menetapkannya dalam pelaksanaan pembangunan jangka panjang 2025-2045, pembangunan jangka menengah tahap pertama 2025-2029, serta dalam hal pergantian kepemimpinan pusat dan daerah.
“Jadi, nantinya ada instrument D3TLH yang bisa berperan sebagai indicator keberlanjutan landscape sekaligus penjamin kesehatan, mutu hidup, serta kesejahteraaan masyarakat. Instrument ini juga bakal memperkuat aspek lingkungan dalam hal perencanaan pembangunan, tata ruang, serta sumber daya alam,” ungkap Hanif.
Nggak hanya pemerintah yang berperan aktif, masyarakat juga diminta untuk mengawasi pendayagunaan instrument D3TLH agar bisa memberikan dampak positif bagi manusia dan alam.
“Diharapkan nantinya penerapan D3TLH bisa menghasilkan jumlah populasi yang hidup sejahtera, mandiri, dan berkelanjutan, dengan didukung oleh kapasitas lingkungan hidup dalam satuan unit ekoregion,” pungkasnya.
Hm, semoga saja ya baik itu dari sisi pemerintah maupun masyarakat menyadari tentang pentingnya penanganan alam demi mencegah krisis alam yang semakin parah belakangan ini. Setuju, Millens? (Arie Widodo/E05)