Inibaru.id - Senang rasanya mendengar Mandalika siap mendunia. Sebab di daerah yang menjadi bagian dari Lombok ini bakal berdiri arena MotoGp. Wah, bisa dibayangkan bukan bagaimana nanti jika sirkuit ini sudah jadi, pembalap-pembalap kelas dunia seperti Valentino Rossi, Andrea Dovisioso, dan Marc Marquez bakal berlaga di sini.
Nah, sepertinya harus banget ya untuk mengecek seperti apa infrastruktur di sana. Kan nggak lucu kalau tempat yang bakal jadi sorotan dunia ini kurang memadai fasilitasnya. Terutama, soal sarana telekomunikasi dan sinyal internet. Apa kata dunia nanti?
Tim Bakti Untuk Negeri Ekspedisi Nusa Tenggara Barat menengok seberapa siap Mandalika menyambut hadirnya sirkuit moto GP ini.
Di sana tim ekspedisi bertemu langsung dengan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate. Menurut Johny semua kementerian atau lembaga, bahkan ekosistem yang terkait dengan pembangunan sirkuit di Mandalika sudah siap.
“Terutama dari segi telekomunikasinya siap sekali,” ujarnya.
Johnny kemudian menjelaskan saat ini, infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (TIK), khususnya jaringan broadband, sudah tersedia di Mandalika terutama di spot wisata. Namun, itu semua belum 100 persen. Sebab MotoGP ini bakal menjadi kegiatan yang sangat besar sekaligus etalase Indonesia di mata dunia internasional, khususnya di bidang sport otomotif.
Karena kegiatannya besar, Kominfo akan memberi dukungan lebih untuk tersedianya sinyal. Biar semuanya lancar, Kominfo bergerak melalui BAKTI (Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika) dengan menggandeng ekosistem operator seluler lainnya.
"Kami berupaya menyediakan kapasitas sinyal yang prima pada saat sebelum, selama, dan sesudah pelaksanaan MotoGP,” ucap Menkominfo Johnny G Plate.
Sejauh ini BAKTI tercatat telah membangun 6 BTS (base transceiver station) di sekitar Sirkuit Mandalika, yaitu di Desa Genggelang (Kecamatan Gangga, Lombok Utara), Desa Obel-Obel (Kecamatan Sambelia, Lombok Timur), Desa Buwun Mas (Kecamatan Sekotong, Lombok Barat), Desa Mekar Sari (Kecamatan Praya Barat, Lombok Tengah), Desa Tegal Maja (Kecamatan Tanjung, Lombok Utara), dan Desa Teniga (Kecamatan Tanjung, Lombok Utara).
Nggak cukup dengan 6 BTS, Millens. Rencananya BTS bakal ditambah tiga lagi dan ditargetkan rampung pada Desember 2020.
"BTS tersebut tidak hanya untuk kepentingan MotoGP 2021, tetapi juga untuk menunjang Mandalika sebagai salah satu dari lima destinasi super prioritas Indonesia," tutur Menkominfo.
Eh, semua pembangunan itu cuma sebagian kecil lo. Secara menyeluruh, dalam rangka memperkuat TIK di Indonesia, Kominfo telah membangun 348 ribu kilometer fiber optik baik di darat maupun di dasar laut. Sebanyak 480 ribu BTS dibangun tersebar di seluruh Indonesia baik oleh Kominfo maupun operator seluler.
Masih ada lagi. Indonesia pun telah menggunakan sembilan satelit untuk mendukung komunikasi. Tetapi itu semua menurut Johnny belum cukup karena Indonesia merupakan negara yang sangat penduduknya pun juga besar.
“Maka tantangannya juga ikut besar. Saat ini terdapat 12.548 desa yang belum bisa merasakan manfaat 4G," ujar Menkominfo Johnny.
Kominfo melalui BAKTI menargetkan 9.113 desa di wilayah 3T ( tertinggal, terdepan, terluar) yang bakalan dapat sinyal 4G pada 2022. Sebanyak 3.435 desa wilayah selain 3T juga bakal merasakan manfaat 4G pada tahun yang sama. Duh, senang banget ya?
"Dengan demikian pada 2022 dengan dukungan pembiayaan APBN, PNBP, dan Dana USO di Indonesia akan tersedia sinyal 4G," kata Menkominfo optimistis.
Usai berbincang dengan Johnny G Plate Tim Ekspedisi juga menemui Direktur Utama BAKTI Anang Latif. Menurutnya, sirkuit MotoGP ini nggak hanya jadi fokus utama. Asal kamu tahu nih, Mandalika termasuk dalam Kawasan Ekonomi Kreatif (KEK) yang ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo sebagai salah satu destinasi pariwisata super prioritas selain Danau Toba, Borobudur, Labuan Bajo, dan Likupang. Gimana nggak keren coba?
Karena itu, pembangunan di Mandalika nggak hanya sebatas infrastruktur, tapi juga masyarakatnya. Ini juga yang menjadi perhatian BAKTI. Diharapkan, masyarakat bisa merasakan manfaat telekomunikasi dan aksesibilitas yang memadai.
"Dari perhelatan MotoGP akan hadir 200 ribu orang. Kesiapan desa perlu diperhatikan karena fokus turis tentu tidak hanya pada MotoGP saja. Turis akan berkeliling, berwisata,” kata Anang Latif.
Betul juga, ketika MotoGP mengundang turis, potensi wisata di sekitarnya pasti bakal terangkat. Hal ini dapat dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan perekonomiannya.
Mencoba melihat langsung bagaimana kondisi desa di sekitar Mandalika yang akan menunjang pariwisata, Tim Ekspedisi berkunjung ke Desa Bilebante. Selama perjalanan, Tim disuguhi perbukitan dan persawahan hijau yang indah. Nggak salah jika Tim Ekspedisi jatuh cinta dengan desa ini.
Desa Bilibante yang terletak nggak jauh dari Sirkuit Mandalika, merupakan satu di antara 70.670 desa yang telah menerima manfaat pembangunan aksesibilitas BAKTI Kominfo sejak 2019. Hm, pantas saja ketika Tim Ekspedisi iseng mengecek gawai, ada fasilitas internet gratis di sana.
Kehadiran internet itu nyatanya telah membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pasalnya ketersediaan internet memudahkan promosi destinasi wisata. Desa Bilebante punya objek unggulan seperti wisata Kawasan Wisata Hijau Pasar Pancingan, paket bersepeda, homestay, dan pura tertua di Lombok Tengah.
"Terutama yang menerima besar manfaat ini adalah remaja ya. Mereka bisa menggunakannya untuk promosi desa tanpa harus beli kuota," tutur Kepala Desa Bilebante Rakyatuliwa'uddin.
Biru langit yang berpadu dengan hijau persawahan membuat siapa pun nyaman menghabiskan waktu sejenak di desa ini. Bisa dibilang, desa ini merupakan contoh desa yang masyarakatnya peduli terhadap lingkungan sekaligus sadar dalam pemanfaatan teknologi. Keduanya berpadu menjadi kombinasi yang sempurna untuk menggemakan Mandalika.
Selain Desa Bilebante, Tim juga menyambangi Desa Sade dan Desa Sukarara. Desa Sade sangat terkenal dengan kekhasan budaya serta penjaga tradisi warisan tenun bercita rasa tinggi. Saat berkeliling, Tim tampak para perempuan sedang menenun songket.
Pemandangan yang sama bisa dilihat di Desa Sukarara. Hampir semua warga, terutama perempuan menenun. Pulau Lombok memang dikenal sebagai surganya kain tenun. Unsur kearifan lokal inilah yang coba ditonjolkan sebagai daya tarik wisata sekaligus katrol ekonomi masyarakat. Uniknya, para perempuan di Desa Sukarara ini sudah bisa memasarkannya secara online.
“Kami diajari oleh BAKTI cara mengedit foto dan membuat Instagram untuk promosi,” ujar Yanti, salah seorang penenun.
Kata Yanti memang kain tenun ini adalah satu-satunya tunjangan kehidupan mereka. Pelatihan yang mereka dapat sangat berarti banyak. Para pelanggan dari luar kota dan luar negeri berdatangan. "Kami berharap banyak melalui internet agar masyarakat luas mengenal songket Sukarara, pemasaran songket pun menjadi lebih mudah dan jangkauan lebih luas," kata Yanti.
SDM yang mumpuni, keindahan alam serta infrastruktur jaringan telekomunikasi dan internet yang memadai barangkali bakal jadi perpaduan ciamik ketika sikuit MotoGP nanti hadir. Dan bukan nggak mungkin Indonesia akan semakin bersinar di mata dunia. Setuju, Millens? (IB28/E05)