Inibaru.id – Selebritas sekaligus youtuber Deddy Corbuzier mengaku mengalami badai sitokin saat telah dinyatakan negatif Covid-19. Deddy nggak menyangka dirinya bisa mengalami kondisi tersebut. Pasalnya, dia merasa telah menjalani pola hidup sehat.
"Saya olahraga tiap hari, vitamin D saya tinggi, zinc saya tinggi, saya bisa kena tanpa gejala, lalu minggu kedua, hancur saya," ucap Deddy Corbuzier, dikutip dari podcast di kanal YouTube miliknya, Minggu (22/8/2021).
Deddy kemudian mengatakan dirinya nyaris meninggal karena badai sitokin ini. Hm, apa itu badai sitokin?
FYI, badai sitokin bisa menyerang pasien positif covid-19, Millens. Kondisi ini berpotensi membuat pasien Covid-19 meninggal dunia.
Badai sitokin adalah sindrom yang mengacu pada sekelompok gejala medis di mana sistem kekebalan tubuh mengalami terlalu banyak peradangan. Kondisi ini mengakibatkan organ gagal berfungsi sehingga memicu kematian. Duh, ngeri ya?
Penyebab Badai Sitokin
Melansir Kompas Health (16/5/2020), Penanggung jawab Logistik dan Perbekalan Farmasi RSUP Dr Kariadi Semarang Mahirsyah Wellyan TWH SSi Apt Msc menjelaskan, badai sitokin atau cytokine storm adalah reaksi berlebih pada sistem kekebalan tubuh.
Jadi, ketika virus corona memasuki tubuh, sel-sel darah putih bakal merespons dengan memproduksi sitokin. Nah, sitokin merupakan protein yang dihasilkan sistem imunitas untuk melakukan berbagai fungsi penting dalam penanda sinyal sel.
Pelepasan atau keluarnya sitokin ini bisa mempengaruhi perilaku sel di sekitarnya. Kalau sitokin yang keluar jumlahnya sedikit, hal ini nggak akan berpengaruh pada kondisi paru-paru pasien. Bisa dibilang juga keadaan parunya nggak bermasalah.
Sebaliknya, kalau jumlah sitokin yang dikeluarkan di paru sudah banyak, paru bakal sangat padat dan kaku. Inilah yang disebut badai sitokin.
Gejalanya pada Tubuh
Kondisi terburuk dari badai sitokin adalah paru-paru meradang. Kalau kata Mahirsyah, sitokin normalnya hanya berfungsi sebentar dan bakal berhenti ketika respons kekebalan tubuh tiba di daerah yang terinfeksi.
Namun jika pasien mengalami badai sitokin, sitokin bakal terus mengirimkan sinyal sehingga sel-sel imun terus berdatangan dan bereaksi di luar kendali. Akibat reaksi berlebihan ini, paru-paru dapat mengalami peradangan parah karena sistem imun berusaha keras membunuh virus.
Masalahnya, peradangan pada paru-paru itu bisa terus terjadi meski infeksi sudah selesai. Inilah yang dialami Deddy Corbuzier. Dia dinyatakan terkena badai sitokin usai negatif Covid-19.
O ya, selama paru-paru mengalami peradangan, sistem kekebalan tubuh juga melepas molekul bersifat racun bagi virus dan jaringan paru-paru. Tanpa penanganan yang tepat, paru-paru bisa menurun fungsinya hingga mengakibatkan pasien sulit bernapas.
Kesulitan bernapas inilah yang membuat pasien Covid-19 bisa meninggal. “Maka sering pada pasien Covid-19 membutuhkan ventilator untuk membantu pernapasan,” jelas Mahirsyah.
Sedangkan menurut penelitian ahli virologi dan imunologi dari Georgia State University di Atlanta, Mukesh Kumar, badai sitokin dipicu oleh infeksi virus di dalam tubuh. Virus ini dapat menggandakan dirinya dengan sangat cepat usai menginfeksi sel. Setelah itu, sel mulai mengirim sinyal bahaya.
Nah, saat setiap sel merasakan bahwa ada sesuatu yang buruk terjadi, sel akan langsung meresponnya dengan membunuh dirinya sendiri. "Ini adalah mekanisme perlindungan sehingga tidak menyebar ke sel lain," ucap Khumar.
Kalau ada banyak sel yang melakukan “bunuh diri” massal, banyak jaringan yang bisa mati. Pada pasien Covid-19, jaringan tersebut sebagian besar berada di organ paru-paru. Ketika jaringan rusak, dinding kantung udara kecil paru-paru menjadi bocor dan berisi cairan.
Kondisi ini dapat menyebabkan pneumonia dan darah kekurangan oksigen. Saat paru-paru rusak parah, dapat terjadi sindrom gangguan pernapasan. Kondisi ini bisa menyebabkan organ lain mulai gagal berfungsi.
Duh, mengerikan juga ya kalau sampai kena badai sitokin, Millens. Yuk, tetap patuhi protokol kesehatan walau punya gaya hidup sehat. (Kom/IB21/E03)
