inibaru.id - Pada tanggal 26 hingga 27 Juli 2017 ini, Majelis Adat Dayat Nasional (MADN) Pontianak, Kalimantan Barat, menggelar Kongres Dayak Interasional kali pertama di dunia. Seperti apa acara kongres dari salah satu suku paling terkenal di Tanah Air ini?
Alexius Akim selaku ketua panitia menyebutkan bahwa Kongres Internasional ini diperuntukkan bagi etnis Dayak di seluruh dunia. Hal ini berarti, tak hanya etnis Dayak yang ada di Pulau Kalimantan saja, namun etnis Dayak yang ada di berbagai penjuru Nusantara ataupun di berbagai negara diperbolehkan mengikuti kongres ini. Diharapkan, keberadaan berbagai etnis Dayak yang berasal dari berbagai tempat ini memberikan kritik dan saran bagi bangsa Dayak dalam menghadapi masa depan.
Tak hanya bisa menjadi ajang untuk saling memberikan ide dan saran, Alexius menyebutkan bahwa kongres ini bisa menjadi jembatan komunikasi bagi etnis Dayak dari generasi tua dan generasi muda. Sebagai informasi, ada sebuah stigma yang melekat pada masyarakat Indonesia secara keseluruhan tentang etnis Dayak yang sepertinya masih terisolasi dari peradaban atau kemajuan zaman. Padahal, dalam realitanya tidak begitu. Cukup banyak etnis Dayak dari generasi tua yang tidak lagi menolak realita dan perkembangan zaman yang ada di masyarakat. Hanya saja, berbagai perubahan ini diharapkan tidak akan mengubah ciri khas dari bangsa Dayak pada generasi-generasi di masa datang. Lewat kongres inilah diharapkan pembicaraan tentang hal tersebut bisa dijembatani.
Tak Dipandang Sebelah Mata
Alexius yang juga merupakan Kelapa Dinas Pendidikan Kalimantan Barat menyebutkan bahwa kongres ini diharapkan mampu mendorong etnis Dayak agar bisa semakin maju, sejajar, dan dianggap sebagai bangsa yang memiliki manfaat dan tak lagi dipandang sebelah mata.
Presiden Majelis Adat Dayat Nasional (MADN), Cornelis, menyebutkan bahwa Kongres Dayak Internasional I ini diharapkan mampu mendorong pembangunan pada masyarakat Etnis Dayak. Dengan adanya kongres ini, pria yang juga masih memegang jabatan sebagai Gubernur Kalimantan Barat ini juga berharap bahwa masyarakat Dayak bisa menjadi lebih cerdas dan pintar ke depannya sehingga tidak akan menjadi beban bagi negara.
Menurut Cornelis, tantangan yang dihadapi masyarakat Dayak tidaklah berbeda dari yang dihadapi oleh bangsa Indonesia secara keseluruhan, yakni adanya radikalisme dan juga penyalahgunaan serta persebaran narkoba yang semakin parah. Dengan adanya kongres ini, diharapkan ada sinergi bagi seluruh Etnis Dayak dimanapun berada untuk mengerjakan hal-hal positif yang bisa membuat generasi Dayak masa depan terselamatkan dan menjadi semakin maju.
Kita bisa mengikuti proses Kongres Dayak Internasional I ini pada situs Etnis Dayak yang baru saja diluncurkan, yakni (Foto: http://dayakconex.com)Situs ini juga menjadi tempat dimana semua bisa orang mengakses informasi tentang Etnis Dayak dengan mudah. (AW/IB)