Inibaru.id - Serbuk kayu tampak menghiasi jari Hadi. Laki-laki berusia 52 tahun itu sedang sibuk memotong kayu menjadi papan-papan pendek yang nantinya dijadikan keranjang parsel. Hadi merupakan salah seorang pengrajin parsel di Pasar Kobong, Kelurahan Pengapon, Kecamatan Semarang Utara.
Mendekati hari-hari besar seperti Idulfitri atau Natal, orang-orang akan saling memberi bingkisan dalam bentuk parsel. Itu artinya orderan keranjang juga (seharusnya) naik.
“Saya sudah 25 tahun lebih di sini (membuat dan menjual keranjang parsel),” kata Hadi pada Selasa (12/5/2020).

Di toko sekaligus tempat produksi keranjang parsel Hadi nggak banyak aktivitas. Sepinya order membuatnya terpaksa meliburkan karyawan. Kini, semua proses pembuatan keranjang dia lakukan seorang diri.
Hadi membuat berbagai bentuk dan ukuran keranjang parsel. Semua produk bikinannya terbuat dari kayu. Menurutnya kayu lebih mudah didapat ketimbang rotan.
“Waktu masih ada pabrik rotan di dekat sini, saya masih pakai rotan. Tapi lama-lama pabriknya sudah tutup semua,” kenang Hadi.
Tinggi keranjang buatannya mulai dari 30 cm sampai 50 cm. Sementara lebarnya ada yang mencapai 30 cm bahkan lebih. Harga satu keranjang dibanderol mulai Rp 10 ribu hingga Rp 35 ribu. Pelanggannya nggak cuma dari Semarang, lo. Produksi keranjang Hadi juga sampai ke kota-kota lain seperti Cirebon, Surabaya, Kendal, Salatiga, Kudus, dan Jepara.
“Paling sering Surabaya,” tandas Hadi.
Sayangnya, Lebaran yang jatuh pada masa pandemi membuat Hadi nggak lagi bisa "panen" rezeki. Nggak ada lagi order melimpah dari luar kota.

Selain Hadi, ada juga Sadiyo. Jika Hadi
sudah seperempat abad membuat keranjang parsel, Sadiyo yang lebih senior, Millens. Bayangkan, laki-laki yang lahir di Pekalongan ini berkutat dengan bisnis keranjang parsel sejak 1975. Pada tahun itu kamu sudah lahir belum? He
Sadiyo mengaku kalau dia memang berasal dari keluarga pemahat. 45 tahun membangun bisnis di tempat yang sama membuatnya melewati berbagai momen di Kota Semarang.
“Dulu keranjangnya belum seperti ini. Saya ingat waktu pertama jualan itu belum ada Simpang Lima. Alun-alun masih di dekat Johar,” kenangnya.
Sama seperti yang saya amati di toko Hadi, suasana sepi juga terlihat di toko Sadiyo. Dia juga merumahkan pegawai karena sepi order. Mau nggak mau, laki-laki berusia 76 tahun ini turun tangan membuat keranjang parsel.

Jadi seperti itu ya kisah para pengrajin keranjang parsel di Pasar Kobong, Kota Semarang. Kamu sudah pernah ke sini belum, Millens? (Audrian F/E05)