Inibaru.id – Nggak banyak yang tahu, di balik megahnya Gunung Rinjani yang menjulang di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, ada “bocah” yang lahir dari letusan sang induk. Namanya Gunung Barujari.
Jika diartikan dari bahasa setempat, namanya bermakna “gunung baru jadi”. Meski usianya jauh lebih muda, gunung ini punya kisah yang tak kalah menarik dari induknya yang tersohor jadi salah satu gunung yang pengin ditaklukkan banyak orang dari seluruh dunia.
Barujari terbentuk dari rangkaian letusan besar Rinjani, yang dulu dikenal sebagai Gunung Samalas. Letusan terbesar terjadi pada abad ke-13, menciptakan kaldera raksasa yang kini menjadi Danau Segara Anak. Dari danau inilah, Barujari muncul sebagai kerucut kecil di sisi timur. Ia muncul kali pertama pada 1944, dan terus aktif hingga letusan terakhirnya pada 3 November 2015.
Dengan ketinggian sekitar 2.296 meter di atas permukaan laut, Barujari tampak mungil dibandingkan induknya, Rinjani. Tapi, jangan salah, aktivitas vulkaniknya masih terus dipantau karena berpotensi membahayakan. Badan Geologi melalui PVMBG bahkan menyarankan wisatawan untuk nggak mendekat dalam radius 1,5 kilometer dari kawah karena kondisi yang belum sepenuhnya stabil.
Gunung Barujari menjadi titik pandang yang memukau bagi para pendaki yang tiba di Danau Segara Anak. Biasanya, pendaki yang telah mencapai puncak Rinjani akan turun dan bermalam di tepi danau.
Dari sini, pemandangan Barujari yang menjulang di tengah danau bak pulau kecil jadi latar sempurna untuk beristirahat, memasak, bahkan memancing.
Di sisi danau juga terdapat sumber air panas alami yang disebut Aik Kalak. Tempat ini menjadi favorit para pendaki untuk melepas lelah setelah perjalanan panjang. Tapi sayangnya, ketika jumlah pendaki membludak, kawasan ini juga rawan sampah.
Maka, sebagai pecinta alam, sudah semestinya kita nggak mengotori surga dunia tersebut dan membawa pulang kembali sampah kita sendiri.
O ya, ada fakta unik lain nih. Gunung Barujari sempat diabadikan dalam uang kertas pecahan Rp10.000 yang diterbitkan Bank Indonesia pada 1998. Potret gunung kecil ini berdiri gagah di tengah danau, dikelilingi tebing kaldera raksasa yang jadi saksi bisu kedahsyatan letusan ribuan tahun lalu.
Tak hanya menjadi bagian dari bentang alam, Barujari juga jadi latar dari lokasi di mana masyarakat setempat menjaga tradisinya. Umat Hindu di Lombok rutin menggelar upacara “Mulang Pakelem” di Danau Segara Anak, sebagai bentuk persembahan kepada alam dan penjaga gunung.
Gunung Barujari bukan hanya anak gunung biasa. Ia adalah simbol kebangkitan alam dari kehancuran, sekaligus pengingat bahwa bumi kita terus bergerak dan berubah.
Dan, jika kamu berniat mendaki Rinjani, sempatkan diri untuk menyapa sang “anak” Gunung Rinjani ini dari tepi danau, sambil merenungi betapa luar biasanya kekuatan alam yang kita pijak. (Arie Widodo/E10)